aq yg slalu cinta padamu melebihi apapun
aq yg slalu ingin membuat mu tersenyum
aq yg slalu percaya bahwa kau cinta sejati ku
aq yg slalu ingin membuat mu bahagia
dan aq yg slalu menunggu mu sampai kapan pun
tapi apadaya aq hanyalah manusia biasa yg tidak luput dari segala kesalahan dan banyak kekurangan tp yg terpenting di hati ku hanya ada kamu dan kamu seorang ....:)
welcome
selamat datang para blogger
disini buat para sahabat blog bisa menuliskan kisah cintanya atau puisi buat di bagikan kepada kita smwa siapa tau bisa di ambil sisi yg baiknya thx :)
setiap orang pasti memiliki kisah cintana masing-masing.........
baik itu berakhir dengan air mata atau pun bahagia........
baik itu berakhir dengan air mata atau pun bahagia........
disini buat para sahabat blog bisa menuliskan kisah cintanya atau puisi buat di bagikan kepada kita smwa siapa tau bisa di ambil sisi yg baiknya thx :)
buat smwa sahabat-sahabat blogger yang punya cerita cinta dan puisi......
bisa di ceritakan lewat comment or pesan di fb q soalna klo lewat email jarang di buka hehehe buka fb q klik disini
buat di posting di blog q thx atas bantuannya :)
Selasa, 24 April 2012
Kamis, 12 April 2012
isi hati ku
cinta tuh aneh ya bikin orang jadi gila hehehe
senyum2 sendiri ketawa2 sendiri tp gx sedkit juga yang nangis karna cinta :D
cinta itu bisa bkin orang rela ngelakuin apa aja buat orang yg di cinta meskipun itu hal yg gila hahaha :D
kalian sadar gx secara gx langsung cinta itu ngerubah pribadi qta dari yg pemales jadi rajin apa lge kalo yg nyuruh itu orang yg sangat qta cinta :)
tp inti cinta sejati gx butuh orang itu jadi pribadi orang lain tp cinta sejati nerima apa adanya qta karna cinta sejati itu saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing2 :)
ternyata bahagia itu sederhana,,,,,sesederhana cinta yg bisa bikin qta bahagia :) !!!!!
senyum2 sendiri ketawa2 sendiri tp gx sedkit juga yang nangis karna cinta :D
cinta itu bisa bkin orang rela ngelakuin apa aja buat orang yg di cinta meskipun itu hal yg gila hahaha :D
kalian sadar gx secara gx langsung cinta itu ngerubah pribadi qta dari yg pemales jadi rajin apa lge kalo yg nyuruh itu orang yg sangat qta cinta :)
tp inti cinta sejati gx butuh orang itu jadi pribadi orang lain tp cinta sejati nerima apa adanya qta karna cinta sejati itu saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing2 :)
ternyata bahagia itu sederhana,,,,,sesederhana cinta yg bisa bikin qta bahagia :) !!!!!
Minggu, 08 April 2012
puisi
Direlung hatiku
Terukir satu nama
Yang selau mengusik
Setiap menjalani hari-hariku
Sudah sekian lama
Tertutup rapat dalam jiwa ini
Suatu saat kuingin membukanya
Dengan kunci yang belum kupatahkan
Kucaba buka lembaran baru
Dalam kisah cintaku
Tapi kujalani semua itu
Tanpa didasari rasa kasih dan cinta
Aku merasa punya hutang
Hutang yang belum kuluansi
Terpikir olehku
Ini saatnya nama itu
Kujadikan hubangan asmara
Puisi ini karya : Robianus supardi
Terukir satu nama
Yang selau mengusik
Setiap menjalani hari-hariku
Sudah sekian lama
Tertutup rapat dalam jiwa ini
Suatu saat kuingin membukanya
Dengan kunci yang belum kupatahkan
Kucaba buka lembaran baru
Dalam kisah cintaku
Tapi kujalani semua itu
Tanpa didasari rasa kasih dan cinta
Aku merasa punya hutang
Hutang yang belum kuluansi
Terpikir olehku
Ini saatnya nama itu
Kujadikan hubangan asmara
Puisi ini karya : Robianus supardi
puisi
setiap aq melihat qmu tersirat dalam anganku ini selalu memilikimu seutuhnya..
cinta dan kasih ku ini semua kuberikan hanya kepada mu sebagai kesungguhan qw ini yang menerima qmu apa adanya dan bener-benar tulus mencintaimu..
aq akan selalu menjagamu sampai titik darah ini menetes didekatmu,aq akan selalu setia samapai akhir hayat kita itu semua adalah janji aq takkan pernah aq mengingkarinya..
dalam benakku dan isi hati ini semua hanya lah milik kau dan aku..
ku ingin hidup bersamamu sampai hayat ini..
cinta qw adalah cintamu juga selamnya hanya untukmu..
puisi karya: beni
cinta dan kasih ku ini semua kuberikan hanya kepada mu sebagai kesungguhan qw ini yang menerima qmu apa adanya dan bener-benar tulus mencintaimu..
aq akan selalu menjagamu sampai titik darah ini menetes didekatmu,aq akan selalu setia samapai akhir hayat kita itu semua adalah janji aq takkan pernah aq mengingkarinya..
dalam benakku dan isi hati ini semua hanya lah milik kau dan aku..
ku ingin hidup bersamamu sampai hayat ini..
cinta qw adalah cintamu juga selamnya hanya untukmu..
puisi karya: beni
puisi
Dia dan cintanya…. Aku dan cintaku… Aku mencintainya dan aku lelah.. Sedikit nakal aku bermain dalam kejenuhanku Mencoba meramba pelan mencari sesuatu yang baru.. Sesuatu yang membuatku menenggelamkan bosanku… Jika seperti ini, siapa yang bersalah..??? Aku dan kelelahanku, atau dia yang membuatku lelah…??? Aku dan kejenuhanku ataukah dia yang membuatku jenuh…??? Aku sakit namun tak mampu berpaling… Aku lelah namun tak sanggup tuk pergi… Aku terluka namun aku mencinta.. Mencinta pada dia…
puisi
Kekasihku…..
Aku tak ingin bila dikau jauh denganku
Aku tak ingin bila dikau pergi jauh dari hatiku
Karna kau yang terindah di dalam hidupku
Aku ingin selalu bersama denganmu
Aku tak kan sanggup bila harus melupakan mu
Aku kan slalu cintai kamu sepenuh hatiku
Walaupun harus melewati langkah-langkah yang terjal
Kan ku lewatinya depan penuh semangat
Agar aku slalu bersama denganmu
Aku tak ingin kau berpaling dariku
Aku tak ingin pisah denganmu
Karna aku yakin kau adalah kekasih sejatiku..
Puisi ini karya : Luthfia
Aku tak ingin bila dikau jauh denganku
Aku tak ingin bila dikau pergi jauh dari hatiku
Karna kau yang terindah di dalam hidupku
Aku ingin selalu bersama denganmu
Aku tak kan sanggup bila harus melupakan mu
Aku kan slalu cintai kamu sepenuh hatiku
Walaupun harus melewati langkah-langkah yang terjal
Kan ku lewatinya depan penuh semangat
Agar aku slalu bersama denganmu
Aku tak ingin kau berpaling dariku
Aku tak ingin pisah denganmu
Karna aku yakin kau adalah kekasih sejatiku..
Puisi ini karya : Luthfia
puisi
Cintailah hatiku ini
Jangan pernah kau sakiti lagi
Cintailah diriku ini
Jangan pernah kau jauh lagi
Kau tidak tahu
Bagaimana sakitnya hati ini saat kau pergi
Kau tidak merasakan
Bagaimana remuknya diriku saat kau khianati
Kau tidak mengerti saat kau pergi
Kau tidak tahu saat kau khianatiku
Betapa aku sangat mengharapkan
Mengharapkan kau kembali mecintaiku
Namun aku tak berharap
Aku tidak meminta
Untuk kau mencintaiku
Tetapi cintailah hatiku yang telah kau sakiti
Puisi ini karya : Yohanes Victorio Advendo
Jangan pernah kau sakiti lagi
Cintailah diriku ini
Jangan pernah kau jauh lagi
Kau tidak tahu
Bagaimana sakitnya hati ini saat kau pergi
Kau tidak merasakan
Bagaimana remuknya diriku saat kau khianati
Kau tidak mengerti saat kau pergi
Kau tidak tahu saat kau khianatiku
Betapa aku sangat mengharapkan
Mengharapkan kau kembali mecintaiku
Namun aku tak berharap
Aku tidak meminta
Untuk kau mencintaiku
Tetapi cintailah hatiku yang telah kau sakiti
Puisi ini karya : Yohanes Victorio Advendo
Cerpen Cinta : Cemburu- cerpen bagus
Cerpen Cinta : Cemburu
Filed Under: Cerpen Cinta by Haniey —
Jun 13, 2007
Nukilan: Mayang
Alia nampak dengan jelas, gadis itu keluar dari perkarangan rumah Ikwan. Alia juga nampak Ikwan menghantar gadis cantik itu dengan lambaian dan senyuman yang ranum. Kata Ikwan, gadis itu adalah kawan kecilnya. Tapi sejak gadis itu datang, Ikwan kian menjauh darinya, Ikwan kerap keluar bersama gadis itu. Hati Alia sakit!
Ikwan jarang menelefonnya kini. Malah, kalau Alia call di rumah, selalu saja keluar. Handsetnya juga selalu suruh tinggalkan pesanan suara saja, bila ditanya kenapa, kata Ikwan habis bateri. Takkan sepanjang minggu habis bateri? Kalau dapat call pun Ikwan cakap sikit saja dengannya. Seolah tidak ada lagi topik yang menarik hendak di kongsikannya bersama Alia. Alia rasa bahang perubahan sikap Ikwan. Gara-gara kehadiran gadis cantik yang pulang dari London itu. Kononnya kawan lama, entah-entah kekasih lama!
“Gadis tu kan baru je datang dari luar negara, lagi pun mereka memang sahabat rapat dari kecil, memanglah banyak yang nak dibualkan setelah sekian lama tidak berjumpa.” Alia mahu percaya kata-kata Nina yang memujuknya itu. Tapi cemburu dihati Alia masih juga meronta-ronta tak mahu kalah. Tak boleh jadik nih!
“Tapi Nina.. Wan dah berubah! Dia macam dah lupakan Lia.. macam dia dah malas nak jumpa atau sekurang-kurangnya berbual dengan Lia.. sejak kedatangan kawan baiknya yang cantik tu!” Geram Alia bila teringatkan gadis itu. Sakit hati Alia bila terbayang wajah cantik itu. Memang dia benar-benar cantik! Hidungnya lebih mancung dari Alia, kulitnya putih dan halus. Bukan seperti Alia yang berkulit sowo matang. Matanya besar dihiasi bulu mata yang panjang dan lentik serta keningnya hitam lebat. Pipinya gebu dan licin macam kulit tomato. Bibirnya mungil dan merah jambu tanpa perlu disapu gincu. Rambutnya pula panjang lurus separas dada. Hati lelaki mana yang tidak tertawan. Alia tahu beza antara dia dan gadis itu bagaikan langit dengan bumi.
Alia pandang ke dalam cermin, pantulan dari cermin memaparkan wajahnya yang masam mencuka. Dia lihat keningnya yang nipis, matanya yang kecil dan bulu mata yang pendek. Kulitnya tidak sehalus dan segebu gadis itu. Bibirnya pucat saja. Kalau tidak memakai gincu langsung tidak menarik. Alia mula bencikan rupanya! Dia ingin kelihatan cantik, lebih cantik dari gadis itu!
Alia bandingkan pula dirinya dengan gadis itu, dia hanya mendapat Diploma dalam bidang Pengurusan dan sekarang jadi kerani biasa di sebuah syarikat swasta. Gadis itu pula baru habis belajar di luar negara dengan gelaran Sarjana Muda Undang-undang. Kalau dapat kerja nanti, pasti gajinya menjangkau angka dua ribu. Ah! Gadis itu umpama permata yang berharga, manakala Alia bagai pasir yang bertaburan dijalanan. Alia mengeluh lagi.
“Pasti Ikwan tidak berminat untuk bersamaku lagi.. Ikwan sudah menjumpai gadis yang sesuai dengan dirinya..” kata Alia sendirian. Alia sedar, Ikwan tidak setaraf dengannya, lelaki itu berkerja sebagai Timbalan Eksekutif di syarikat ibunya. Mereka adalah golongan berada, bukan macam Alia yang sederhana. Namun hati Alia masih berharap, dia berharap Ikwan akan kembali mesra seperti dulu. Alia ingat perkenalan mereka yang singkat tapi bermakna.
“Encik Haris ada?” itulah kata-kata Ikwan ketika masuk ke pejabatnya untuk menemui bos Alia, yang merupakan pelanggannya.
“ Emn.. dia keluar sekejap! Ada apa-apa yang saya boleh bantu?” ujar Alia sambil mengkagumi rupa paras lelaki yang berdiri didepannya. Ikwan kacak sekali. Senyumannya lembut dan suaranya lunak.
“Emn.. tak apalah! Biar saya tunggu dia..”
“Oh.. kalau begitu.. silakan..”
Ikwan duduk di meja menunggu yang menghadap meja Alia, Alia sesekali melirik pada Ikwan yang membelek-belek majalah yang tersedia di atas meja itu. Bila sedar dirinya diperhatikan, Ikwan melemparkan senyuman menawannya. Alia jadi tersipu malu. Tidak lama kemudian bosnya Encik Haris kembali. Ikwan segera masuk ke bilik pejabat Encik Haris.
Waktu tengahari, Alia turun makan di restoran berhampiran, ketika Alia menunggu pesanannya, tiba-tiba satu suara menyapa.
“Boleh saya join kamu?”
Alia agak terkejut bila melihat Ikwan berdiri di tepi mejanya.
“Semua meja telah penuh..” ujarnya lagi dengan senyumannya yang mencairkan hati Alia. Alia agak tergagap tetapi mempersilakan Ikwan duduk semeja dengannya. Mereka mula berbual dan memperkenalkan diri masing-masing. Mula-mula perbualan mereka agak lembab, tapi Ikwan pandai berjenaka. Alia tak henti-henti ketawa dibuatnya. Ikwan menyerahkan kad namanya pada Alia, dia juga membayar semua harga makanan.
“Terima kasih, belanja saya makan..” ujar Alia sebelum mereka berpisah.
“Call saya kalau ada masa..” laung Ikwan sebelum pergi. Alia menggangguk. Hatinya berbunga riang.
Sejak hari itu, mereka kerap berhubung. Ikwan selalu bercerita tentang apa saja dengannya. Ikwan akan meluahkan apa saja yang ingin dikongsikannya pada Alia. Lama kelamaan hubungan Alia dengan Ikwan menjadi erat. Putik-putik cinta bersemi. Ikwan melamar cintanya pada hari lahirnya yang ke dua puluh lima tahun. Dengan sejambak bunga, kek harijadi dan seutas rantai. Alia tidak akan lupa betapa bahagianya hati wanitanya hari itu. Bagaikan seorang puteri yang mencapai impiannya.
Tapi itu dulu, sebelum kehadiran gadis cantik yang baru pulang dari luar negara. Kini Ikwan semakin sibuk. Dia tidak ada masa untuk menghubungi Alia. Dia sudah ada teman lain untuk berkongsi cerita mahu pun masalah. Kalau dulu, Alialah tempat mengadu bila hatinya resah atau terlalu penat dengan kerja, kini ada gadis lain yang mengambil alih peranan itu. Alia semakin terkilan.
***************
Alia tidak menghubungi Ikwan lagi selepas dia ternampak gadis itu keluar dari rumah Ikwan. Alia tidak mahu menjadi muka tembok yang tidak tahu malu. Biarlah Ikwan menghubunginya jika lelaki itu masih ingat padanya. Alia ingin menganggap hubungannya dengan Ikwan sudah berakhir.
Dia mengambil keputusan itu setelah memikirkannya masak-masak. Walau pun tiada kata putus antara mereka, Alia lebih rela daripada mendengar kata perpisahan dari mulut Ikwan. Namun setelah dua minggu, Ikwan tidak juga menghubunginya. Hati Alia semakin remuk redam.
“Hai Lia.. mendung je muka kamu kebelakangan ni..” Sapa Harun, rakan sekerjanya.
“Kau jangan sibuklah!!”
“Eh! Marah?” Sakat lelaki itu lagi. Alia tarik muka masam. Dia memang selalu bermuram durja gara-gara hubungannya dengan Ikwan yang dingin itu.
“Aku bukan apa Lia.. tapi sebagai kawan, aku kesian juga tengok kau ni.. badan pun dah susut.. kau makan hati ya?”
Harun bersuara lagi. Alia tantang muka Harun dengan tajam. Dia tidak suka orang lain masuk campur dalam hal peribadinya.
“Aku dah lama tahu hubungan kau dengan Encik Ikwan tu.. aku rasa baik kau lupakan saja dia tu.. aku rasa kau pun tahu, Helina sudah balik dari luar negara. Si cantik tu akan bertunang dengan encik Ikwan tak lama lagi.” Lancar benar Harun menceritakan hal itu. Darah Alia rasanya tersirap hingga ke umbun-umbun. Dia tidak menyangka hubungan Ikwan dengan gadis cantik itu sudah sampai ke tahap bertunang.
“Dari mana kau dapat tahu semua ni Harun?” tanya Alia was-was. Betul ke budak Harun ni? Banyak sangat dia tahu tentang Ikwan.
“Kau hairan? Aku sepupu Helina, memang la aku tahu banyak tentang dia dan Ikwan..” Sahut Harun dengan yakin. Alia tertunduk, matanya mulai terasa panas. Ada manik-manik jernih yang bertakung dibibir matanya. Sampai hati Ikwan!
Hendak bertunang pun Ikwan tidak memberitahunya.
“Mereka dijodohkan oleh keluargakah?” tanya Alia lagi. Dia berharap Ikwan berbuat demikian kerana terpaksa. Alia enggan menerima hakikat kalau Ikwan benar-benar mengkhianati cintanya!
“Sudahlah Alia.. jangan berharap lagi! Helina tu memang kekasih dia.. sebelum kau bersama Ikwan lagi.”
Hati Alia hancur berkecai mendengar kebenaran itu. Jadi selama ini Ikwan menipunya. Selama ini dialah pihak ketiga. Dia hanya sebagai boneka Ikwan kala Helina tidak ada bersama. Cuma sandaran sementara saja! Patutlah Ikwan tidak memperkenalkannya pada Helina bila Helina baru pulang. Ikwan kata kawan sepermainannya dari kecil lagi baru pulang dari luar negara. Tapi sedikit pun dia tidak bersuara untuk memperkenalkan Alia pada gadis itu, jadi memang benarlah Helina adalah kekasih lama seperti jangkaan Alia!
Sakit hati Alia terasa semakin dalam. Jantungnya seakan ditikam-tikam dengan pisau yang amat tajam. Dia benci Ikwan. Dia benci Helina! Mengapa mereka melukakan hatinya. Mengapa Ikwan mencambahkan cinta dihatinya, tapi kini dengan kejam membunuh cinta itu tanpa belas kasihan!
“Kenapa dia tidak beritahu aku?” kata Alia seolah-olah bertanya pada Ikwan.
“Entahlah Lia.. dia mungkin takut kau akan berjumpa Helina dan mengaku sebagai kekasihnya.. pasti hubungannya dengan Helina akan terjejas jika itu berlaku..”
Ada benarnya juga kata-kata Harun itu, patutlah Ikwan enggan dihubungi. Dia takut rahsia hubungannya dengan Alia terbongkar.
“Harun.. aku nak cuti setengah hari, hari ini.. tolong bagitau Encik Haris, katakan aku tak sihat..” Alia mengemas mejanya. Dia ingin pulang ke rumah dan menangis sepuas-puasnya. Dia ingin meraung dan menjerit untuk melepaskan kesakitan yang sarat berbuku didadanya. Harun mengangguk. Dia kelihatan amat bersimpati dengan Alia.
Alia segera mengambil telefon bimbitnya dan mendail nombor Zarul, adik sepupunya. “Kakak ni.. tolong ambil kakak di pejabat!” kata Alia sebaik saja talian disambungkan.
“Ai! Awalnya.. ada apa hal kak?”
“Kakak tak sihat hari ni.. kau di mana sekarang?”
“Saya masih di bandar ni.. ada temuduga pukul 11.00 a.m., habis temuduga nanti saya ambil kakak macam mana?”
Alia mengeluh. Dia ingin segera pulang ke rumah. Tapi Zarul pula sibuk. Adik sepupunya itu baru tamat belajar dan sedang mencari kerja. Dia dihantar dari kampung oleh ibubapanya untuk tinggal bersama Alia sementara mendapatkan pekerjaan. Zarul akan menghantar dan mengambilnya dari kerja setiap hari. Alia baru saja membeli sebuah kereta kancil tapi dia tidak mempunyai lesen memandu. Nasib baiklah Zarul sudah mendapatkan lesen memandu, secara tidak langsung Zarul menjadi pemandu sementara kepada Alia yang baru memohon lesen memandu dan masih dalam proses pembelajaran.
“Tak apalah! Kakak naik bas saja..”
“Eh! jangan lah..! Zarul datang sekarang..”
“Kan kau nak temuduga.. nanti terlewat pula.. sekarang dah pukul 10.30 a.m..”
“Alah.. masih sempat!” Talian terus diputuskan. Alia mengeluh. Zarul berkeras mahu menghantarnya pulang meski pun dia ada temuduga. Alia terpaksa menunggu. Beberapa minit kemudian terdengar bunyi hon di luar. Alia segera keluar dan masuk ke perut kereta.
“Tengok.. sudah pukul 10.40am.. mana sempat!” ujar Alia sambil menunjukkan jam tangannya pada Zarul.
“Sempat.. bukannya jauh!” balas Zarul sambil ketawa kecil.
“Ha.. nak bawa laju lah tu! Zarul.. kakak rasa baik Zarul pergi tempat temuduga tu, kakak tunggu di kereta.” Cadang Alia.
“Emn.. idea yang baik..” Zarul setuju. Kereta segera meluncur ke tempat yang dituju.
“Eh! Kau temuduga di sini?”
Zarul angguk. Alia kenal benar dengan bangunan itu. Bangunan itu adalah milik ibu Ikwan. Jadi Zarul pergi temuduga di syarikat milik keluarga Ikwan. Alia benar-benar tidak senang hati!
“Zarul kejap saja.. kakak tunggu ya!” Zarul bergeges masuk ke dalam bangunan itu.
Alia mendengar radio sementara menunggu Zarul masuk ke dalam. Tiba-tiba sebuah kereta masuk parking benar-benar di sebelah keretanya. Alia macam kenal kereta itu, dia menoleh memandang pemandunya. Alia tersentak, Ikwan! Lantas Alia berpura-pura tidak melihat Ikwan. Alia menundukkan kepalanya sambil membaca surat khabar yang dibeli Zarul. Bila Alia sudah pasti Ikwan telah pergi barulah Alia tercangak-cangak mencari kelibat lelaki itu. Perasaannya bercampur baur. Dia pun tidak tahu mengapa dia mengelakkan diri dari bersemuka dengan Ikwan. Biarlah hubungan mereka berlalu bagai angin yang datang menyapanya untuk seketika. Rasanya tak perlu lagi Alia hendak berperang besar dengan Ikwan atau Helina. Alia sedar siapa dirinya. Kalau nak rajuk biar pada yang sayang, kalau orang dah tak sudi buat apa Alia nak terhegih-hegih menagih perhatian Ikwan. Namun jauh di sudut hati Alia, dia merasa cukup pedih dan sengsara. Cinta yang mekar di hatinya itu bukannya mudah hendak dibuang dalam sekelip mata!
Ketika dia sibuk merenungi nasib diri, tiba-tiba Zarul muncul mengetuk cermin kereta. Di belakangnya kelihatan Ikwan yang memandangnya dengan wajah penuh misteri. Alia segera membuka tingkap.
“Kakak.. saya telah diterima bekerja di sini.. emn! Ni lah bos saya.. katanya nak jumpa kakak..” kata Zarul sambil tersenyum simpul. Hati Alia menjadi tidak keruan. Dia memandang muka Zarul dan Ikwan silih berganti.
“ Emn.. boleh kita cakap sendirian..?” Kata Ikwan dengan tenang.
Alia terasa lidahnya kelu. Dia yakin, Ikwan mahu berterus terang dengannya kini. Terasa air mata mula bertakung di bibir matanya. Alia mengangguk perlahan.
“Lia naik kereta Wan?” Ikwan membuka pintu keretanya. Alia angguk lagi. Dia segera keluar dari kereta kancilnya dan masuk ke dalam kereta Honda Ikwan.
“Zarul balik dulu lah!” kata Alia pada Zarul. Zarul agak kehairanan kerana bakal bosnya mengajak kakak sepupunya masuk ke dalam keretanya pula. Tapi Zarul tidak membantah. Dia masuk ke dalam kereta dan beredar.
“Kita pergi tempat biasa?” kata Ikwan lembut. Alia tidak menyahut. Dia hanya terbayang puncak bukit di mana mereka selalu menghabiskan masa bersantai di situ. Dengan membawa sedikit bekalan, mereka seolah-olah berkelah di puncak bukit itu. Tapi itu dulu, sebelum kehadiran Helina. Alia yakin, Ikwan hendak bercakap tentang hubungan mereka pada hari ini. Mungkin hari ini adalah hari terakhir mereka mengunjungi puncak bukit yang indah itu.
“Kenapa diam?”
Alia menoleh memandang Ikwan. Ikwan melirik padanya sambil terus memandu. “ Emn.. tak ada apa..” Sahut Alia malas.
Sebenarnya dia mahu meluahkan segala yang berbuku di hatinya. Dia mahu tanya tentang Helina dan mengapa Ikwan merahsiakan hubungannya dengan Helina selama ini. Alia ingin sekali mengamuk dan meradang atas sikap Ikwan yang mempermainkan hati dan perasaannya. Namun, Alia hanya membisu, dia tidak tahu hendak berkata apa kepada Ikwan. Cintanya pada Ikwan begitu dalam dan Alia pasrah jika terpaksa mendengar khabar buruk itu hari ini.
Sepuluh minit kemudian mereka sampai di puncak bukit. Suasana tenang dan dingin. Tapi hati Alia semakin ketakutan. Takut menghadapi kata-kata perpisahan dari Ikwan. Ikwan kejam kerana mempermainkan harga dirinya. Alia tidak mahu kelihatan bodoh dengan mengamuk atau melenting pada Ikwan yang nyata menjadikannya sebagai boneka mainan. Itulah tekad Alia. Alia ingin terus bersabar!
“ Kenapa diam saja dari tadi Lia..?” tanya Ikwan lagi. Dia memandang mata Alia seolah-olah mencari-cari sesuatu di situ. Wajah Alia muram saja. Tidak ada apa-apa di matanya kecuali kedukaan.
“Cakaplah apa yang Wan nak cakap..” ujar Alia membuang pandangannya dari wajah Ikwan. Ikwan menarik nafas berat. Sukar untuk memulakan kata-kata.
“ Wan tahu, Alia kecil hati kerana Wan seolah-olah menjauhkan diri dari Lia.. maafkan Wan..” Ikwan mula membuka kata-kata. Alia mengigit bibir menahan sendu di hatinya.
“Lia pun tidak mahu menghubungi Wan lagi.. Lia juga seolah-olah tidak mahu ambil tahu tentang Wan lagi..” Sambung Ikwan.
Alia terus membisu, dia enggan berkata apa-apa. Biarlah Ikwan menyampaikan kata-kata terakhirnya sebelum mereka berpisah. Alia bersiap untuk mendengar kebenaran yang pasti menyakitkan itu.
“Biarlah Wan berterus terang dengan Lia…”
Alia segera membelakangkan Ikwan. Dia tahu apa yang bakal didengarnya. Airmatanya sudah luruh. Ikwan tidak menyedari airmata itu kerana Alia segera menyembunyikan wajahnya dengan menghadap hutan yang tebal.
“ Wan..” suara Alia serak. “ Boleh tak Wan tak payah cakap apa yang Wan nak cakap..” Alia masih membelakangi Ikwan. Suaranya bergetar, Ikwan mula perasan ada pergolakan dalam perasaan Alia. Dia ingin sekali memujuk.
“ Lia.. Wan tahu Lia merajuk! Wan tahu Wan salah.. Kita berdamai o.k?”
Alia segera berpaling ke arah Ikwan. Ikwan terharu melihat airmata Alia yang bercucuran itu. “Sampai hati Wan.. Lia tahu Lia tak sepadan dengan Wan, tapi kenapa Wan tak terus terang dengan Lia? Sepatutnya Wan tak perlu minta maaf dengan Lia.. biarkan saja Lia! Kawin sajalah dengan kekasih hati Wan tu.. sampai hati Wan permainkan perasaan Lia..” Tersembur keluar semua yang berbuku dihatinya. Wajah Ikwan nampak terkejut.
“Kenapa? Wan tak sangka Lia sudah tahu hubungan Wan dengan Helina? Wan fikir Lia tak tahu Wan nak bertunang dengannya? Cukuplah Wan.. jangan nak siksa hati Lia lagi..” Ucap Alia separuh menjerit. Ikwan tercengang memandangnya.
“ Mana Lia dapat cerita ni?”
“ Itu tak penting.. yang penting mengapa Wan permainkan perasaan Lia.. kenapa Wan mahu bersama Lia sedangkan Wan dah ada Helina..”
“ Lia.. Lia.. Lia! Wan tak faham.. mana Lia dapat cerita Wan nak tunang dengan Helina, sumpah Lia! Dia cuma kawan baik Wan dari kecil lagi. Dia bukan kekasih Wan!”
Alia mula diam, tangisnya reda mendengar kata Ikwan. Mereka berpandangan.
“Betul..?” tanya Alia sambil mengesat airmatanya. Ikwan angguk.
“Tapi kenapa Wan tak kenalkan Lia dengan dia? Kenapa Wan jauhkan diri sejak dia datang?” Wan tarik nafas berat. Dia melangkah ke keretanya dan mengambil sesuatu.
“Nah!”
Beberapa keping gambar dihulurkan kepada Alia. Alia membelek semua gambar itu. Semuanya gambar dia bersama Zarul, ketika dalam kereta, di jalan raya dan di perkarangan rumah.
“Kenapa ada gambar Lia dan Zarul..?” tanya Alia tidak faham.
“Kerana gambar inilah Wan menjauhkan diri dari Lia.. beberapa minggu lepas, satu surat dikirimkan pada Wan. Dalam surat itu ada gambar Lia dan Zarul. Kononnya Zarul adalah tunang Lia.. Lia telah ditunangkan oleh keluarga Lia.. Wan pun frust la bila dapat tahu..” cerita Ikwan dengan tenang.
“Tapi kenapa Wan tak tanya pada Lia?” Kata Alia dengan wajah yang lebih cerah. Sisa-sisa airmata sudah hilang.
“Itulah silap Wan! Wan mahu Lia sendiri yang berterus terang dengan Wan.. tapi Lia sikit pun tidak cakap apa-apa, Zarul tinggal serumah dengan Lia .. tapi sedikit pun Lia tidak memberitahu Wan.. tentulah Wan salah faham. Wan geram, marah dan benci pada Lia sebab tu Wan malas nak layan Lia.. malas nak sambut call Lia.. Manalah Wan tahu Zarul tu adik sepupu Lia.. mujurlah dia datang temuduga tadi, Wan masih cam muka Zarul dalam gambar tu. Wan memang nampak Lia dalam kereta tunggu Zarul tadi, tapi Wan tak tegur Lia kerana Wan masih salah faham dengan Lia, tapi lepas temuduga Zarul tadi, Wan tanya Zarul siapa gadis yang tunggu dalam kereta? Barulah Wan tahu Zarul adalah adik sepupu Lia.. barulah Wan tahu selama ni Wan salah faham dengan Lia.. Wan nak minta maaf, Lia?”
Alia termangu mendengar cerita Ikwan. Rupanya ada kisah yang diluar jangkaannya. Siapa pula yang mengambil gambarnya dengan Zarul dan mengatakannya bertunang? Alia keliru.
“Wan tak tunang dengan Helina?”
“Sumpah tidak! Siapa yang cakap ni..”
“Harun.. sepupu Helina! Katanya Wan memang kekasih Helina sebelum Wan bersama Lia lagi.. katanya tak lama lagi Wan akan bertunang dengan Helina.. Lagi pun Wan semakin menjauhkan diri dari Lia sejak dia datang..” jelas Alia. Dia mula ragu dengan kata-kata Harun.
“Mestilah Wan jauhkan diri dari Lia masa tu, sebab Wan marah pasal gambar Lia dengan Zarul.. Wan malas nak kenalkan Lia dengan Helina kerana masa tu Wan benar-benar salah sangka pada Lia.. maaf ye sayang..” Ikwan menarik tangan Alia dan memandang tepat ke matanya. Alia angguk sambil menarik nafas lega. Dia menyangka Ikwan hendak memutuskan hubungan tapi kini sebaliknya.
“Memang benar Harun tu sepupu Helina, tapi hairan mengapa dia nak menghancurkan hubungan kita pula?” Kata Ikwan penuh tanda tanya. Alia angkat bahu. Kini hatinya lega. Gadis cantik itu ternyata tidak ada apa-apa hubungan cinta dengan Ikwan. Rupanya semua masalah itu hanyalah salah faham dan fitnah orang lain. Cemburunya pada gadis itu hilang serta merta.
“Dan hairan.. siapa pula yang ambil gambar Lia serta hantar kat Wan? Sudah jelas ada orang yang mahu musnahkan hubungan kita?” Kata Alia pula.
“Ya! Mungkin Harun juga?” Alia mengganguk tanda setuju dengan kata-kata Ikwan itu. mereka berpandangan. Saling tersenyum. Mereka tidak peduli apakah motif Harun, yang paling penting kini mereka sudah kembali bersama.
“Maaf ya?” tanya Ikwan sekali lagi.
“Lia juga..” Balas Alia.
“Sia-sia saja Wan bencikan Lia.. tahu-tahu cuma salah faham..” Kata Ikwan sambil ketawa kecil. Teringat akan sikapnya beberapa minggu yang lepas. Seluruh isi rumah menjadi tempatnya melepaskan marah. Berbakul-bakul leteran ibu kepadanya kerana sikapnya menjadi garang tidak tentu pasal. Anak-anak buahnya di pejabat pun tidak berani curi tulang, takut pada Ikwan yang tidak semena-mena bertukar angin. Bos yang dulunya peramah dan mesra menjadi bengis tak menentu. Pantang silap sikit adalah yang kena marah! Semuanya pasal gambar yang diterimanya itu. Helina pun selalu merungut dengan perangainya yang selalu berubah angin. Hendak berlawak jenaka pun susah. Kalau senyum pun bagaikan terpaksa!
“BenarkahWan bencikan Lia?” Tanya Alia menduga.
“ Ya! Benci sangat.. benci tapi rindu..ha ha ha.. merana betul Wan menanggung rindu tidak jumpa Lia beberapa minggu. Kadang-kadang Wan harap Lia akan call atau SMS Wan.. tapi bila buka handset.. sunyi saja..” luah Ikwan tentang perasaannya ketika musim dingin hubungan mereka.
“Lia juga.. nak call Wan.. tapi teringat Helina mungkin sedang bersama Wan..” Ujar Alia pula, mereka tertawa bersama. Rupanya mereka sama saja, cemburu buta!
“Zarul cakap Lia tak sihat? Minta hantar balik rumah..” tanya Ikwan dengan muka bimbang. Muka Alia memang pucat saja tadi.
“Emn..” Alia tersenyum nipis. Kini dia kelihatan berseri-seri.
“Lia sakit apa?” tanya Ikwan lagi sambil sentuh dahi Alia.
“Sakit hati..” jawabnya dengan menahan senyum.
“Oh.. rupanya! Sakit hati kenapa boleh senyum?” ujar Ikwan setelah mendapat tahu. Dia turut senyum meleret. Alia hanya menolak bahu Ikwan dengan manja. Ikwan tertawa melihat riaksi Alia.
“Lia..” Panggil Ikwan dengan suara romantis. Alia mendongak ke arah wajah lelaki yang dicintainya itu. Rindu benar hatinya pada Ikwan. Mujurlah semuanya sudah berubah baik.
“Emn..”
“Jom kita kawin?”
Mata Alia terbelalak. Dia menatap wajah Ikwan minta kepastian akan lamaran yang tiba-tiba itu.
“Kenapa? Tak sudi?”Tanya Ikwan lagi.
“Wan lamar Lia?” Angguk.
“Bunga? Cincin? Takkan nak lamar macam ni saja?” usik Alia dengan senyum nakal. Ikwan ketawa besar. Dia menarik Alia masuk ke dalam keretanya. Alia kehairanan.
“Jom kita pergi beli bunga dan cincin!!” balas Ikwan sambil masuk ke dalam perut kereta. Kereta meluncur laju menuju ke bandaraya.
“Mulai saat ini.. kalau ada apa-apa masalah, kita mesti bincang! Jangan simpan sendiri dalam hati.. o.k?” bisik Ikwan sambil memimpin tangan Alia menuju ke kedai bunga terhampir. Alia mengangguk. Wajahnya penuh dengan senyuman bahagia. Dugaan seperti itu mungkin datang lagi. Tapi kalau saling cinta menyintai, kalau saling kasih mengasihi dan kalau saling mempercayai antara satu sama lain, apa pun dugaannya pasti dapat diredah bersama. Ternyata dugaan cinta itu berlalu juga!
Alia nampak dengan jelas, gadis itu keluar dari perkarangan rumah Ikwan. Alia juga nampak Ikwan menghantar gadis cantik itu dengan lambaian dan senyuman yang ranum. Kata Ikwan, gadis itu adalah kawan kecilnya. Tapi sejak gadis itu datang, Ikwan kian menjauh darinya, Ikwan kerap keluar bersama gadis itu. Hati Alia sakit!
Ikwan jarang menelefonnya kini. Malah, kalau Alia call di rumah, selalu saja keluar. Handsetnya juga selalu suruh tinggalkan pesanan suara saja, bila ditanya kenapa, kata Ikwan habis bateri. Takkan sepanjang minggu habis bateri? Kalau dapat call pun Ikwan cakap sikit saja dengannya. Seolah tidak ada lagi topik yang menarik hendak di kongsikannya bersama Alia. Alia rasa bahang perubahan sikap Ikwan. Gara-gara kehadiran gadis cantik yang pulang dari London itu. Kononnya kawan lama, entah-entah kekasih lama!
“Gadis tu kan baru je datang dari luar negara, lagi pun mereka memang sahabat rapat dari kecil, memanglah banyak yang nak dibualkan setelah sekian lama tidak berjumpa.” Alia mahu percaya kata-kata Nina yang memujuknya itu. Tapi cemburu dihati Alia masih juga meronta-ronta tak mahu kalah. Tak boleh jadik nih!
“Tapi Nina.. Wan dah berubah! Dia macam dah lupakan Lia.. macam dia dah malas nak jumpa atau sekurang-kurangnya berbual dengan Lia.. sejak kedatangan kawan baiknya yang cantik tu!” Geram Alia bila teringatkan gadis itu. Sakit hati Alia bila terbayang wajah cantik itu. Memang dia benar-benar cantik! Hidungnya lebih mancung dari Alia, kulitnya putih dan halus. Bukan seperti Alia yang berkulit sowo matang. Matanya besar dihiasi bulu mata yang panjang dan lentik serta keningnya hitam lebat. Pipinya gebu dan licin macam kulit tomato. Bibirnya mungil dan merah jambu tanpa perlu disapu gincu. Rambutnya pula panjang lurus separas dada. Hati lelaki mana yang tidak tertawan. Alia tahu beza antara dia dan gadis itu bagaikan langit dengan bumi.
Alia pandang ke dalam cermin, pantulan dari cermin memaparkan wajahnya yang masam mencuka. Dia lihat keningnya yang nipis, matanya yang kecil dan bulu mata yang pendek. Kulitnya tidak sehalus dan segebu gadis itu. Bibirnya pucat saja. Kalau tidak memakai gincu langsung tidak menarik. Alia mula bencikan rupanya! Dia ingin kelihatan cantik, lebih cantik dari gadis itu!
Alia bandingkan pula dirinya dengan gadis itu, dia hanya mendapat Diploma dalam bidang Pengurusan dan sekarang jadi kerani biasa di sebuah syarikat swasta. Gadis itu pula baru habis belajar di luar negara dengan gelaran Sarjana Muda Undang-undang. Kalau dapat kerja nanti, pasti gajinya menjangkau angka dua ribu. Ah! Gadis itu umpama permata yang berharga, manakala Alia bagai pasir yang bertaburan dijalanan. Alia mengeluh lagi.
“Pasti Ikwan tidak berminat untuk bersamaku lagi.. Ikwan sudah menjumpai gadis yang sesuai dengan dirinya..” kata Alia sendirian. Alia sedar, Ikwan tidak setaraf dengannya, lelaki itu berkerja sebagai Timbalan Eksekutif di syarikat ibunya. Mereka adalah golongan berada, bukan macam Alia yang sederhana. Namun hati Alia masih berharap, dia berharap Ikwan akan kembali mesra seperti dulu. Alia ingat perkenalan mereka yang singkat tapi bermakna.
“Encik Haris ada?” itulah kata-kata Ikwan ketika masuk ke pejabatnya untuk menemui bos Alia, yang merupakan pelanggannya.
“ Emn.. dia keluar sekejap! Ada apa-apa yang saya boleh bantu?” ujar Alia sambil mengkagumi rupa paras lelaki yang berdiri didepannya. Ikwan kacak sekali. Senyumannya lembut dan suaranya lunak.
“Emn.. tak apalah! Biar saya tunggu dia..”
“Oh.. kalau begitu.. silakan..”
Ikwan duduk di meja menunggu yang menghadap meja Alia, Alia sesekali melirik pada Ikwan yang membelek-belek majalah yang tersedia di atas meja itu. Bila sedar dirinya diperhatikan, Ikwan melemparkan senyuman menawannya. Alia jadi tersipu malu. Tidak lama kemudian bosnya Encik Haris kembali. Ikwan segera masuk ke bilik pejabat Encik Haris.
Waktu tengahari, Alia turun makan di restoran berhampiran, ketika Alia menunggu pesanannya, tiba-tiba satu suara menyapa.
“Boleh saya join kamu?”
Alia agak terkejut bila melihat Ikwan berdiri di tepi mejanya.
“Semua meja telah penuh..” ujarnya lagi dengan senyumannya yang mencairkan hati Alia. Alia agak tergagap tetapi mempersilakan Ikwan duduk semeja dengannya. Mereka mula berbual dan memperkenalkan diri masing-masing. Mula-mula perbualan mereka agak lembab, tapi Ikwan pandai berjenaka. Alia tak henti-henti ketawa dibuatnya. Ikwan menyerahkan kad namanya pada Alia, dia juga membayar semua harga makanan.
“Terima kasih, belanja saya makan..” ujar Alia sebelum mereka berpisah.
“Call saya kalau ada masa..” laung Ikwan sebelum pergi. Alia menggangguk. Hatinya berbunga riang.
Sejak hari itu, mereka kerap berhubung. Ikwan selalu bercerita tentang apa saja dengannya. Ikwan akan meluahkan apa saja yang ingin dikongsikannya pada Alia. Lama kelamaan hubungan Alia dengan Ikwan menjadi erat. Putik-putik cinta bersemi. Ikwan melamar cintanya pada hari lahirnya yang ke dua puluh lima tahun. Dengan sejambak bunga, kek harijadi dan seutas rantai. Alia tidak akan lupa betapa bahagianya hati wanitanya hari itu. Bagaikan seorang puteri yang mencapai impiannya.
Tapi itu dulu, sebelum kehadiran gadis cantik yang baru pulang dari luar negara. Kini Ikwan semakin sibuk. Dia tidak ada masa untuk menghubungi Alia. Dia sudah ada teman lain untuk berkongsi cerita mahu pun masalah. Kalau dulu, Alialah tempat mengadu bila hatinya resah atau terlalu penat dengan kerja, kini ada gadis lain yang mengambil alih peranan itu. Alia semakin terkilan.
***************
Alia tidak menghubungi Ikwan lagi selepas dia ternampak gadis itu keluar dari rumah Ikwan. Alia tidak mahu menjadi muka tembok yang tidak tahu malu. Biarlah Ikwan menghubunginya jika lelaki itu masih ingat padanya. Alia ingin menganggap hubungannya dengan Ikwan sudah berakhir.
Dia mengambil keputusan itu setelah memikirkannya masak-masak. Walau pun tiada kata putus antara mereka, Alia lebih rela daripada mendengar kata perpisahan dari mulut Ikwan. Namun setelah dua minggu, Ikwan tidak juga menghubunginya. Hati Alia semakin remuk redam.
“Hai Lia.. mendung je muka kamu kebelakangan ni..” Sapa Harun, rakan sekerjanya.
“Kau jangan sibuklah!!”
“Eh! Marah?” Sakat lelaki itu lagi. Alia tarik muka masam. Dia memang selalu bermuram durja gara-gara hubungannya dengan Ikwan yang dingin itu.
“Aku bukan apa Lia.. tapi sebagai kawan, aku kesian juga tengok kau ni.. badan pun dah susut.. kau makan hati ya?”
Harun bersuara lagi. Alia tantang muka Harun dengan tajam. Dia tidak suka orang lain masuk campur dalam hal peribadinya.
“Aku dah lama tahu hubungan kau dengan Encik Ikwan tu.. aku rasa baik kau lupakan saja dia tu.. aku rasa kau pun tahu, Helina sudah balik dari luar negara. Si cantik tu akan bertunang dengan encik Ikwan tak lama lagi.” Lancar benar Harun menceritakan hal itu. Darah Alia rasanya tersirap hingga ke umbun-umbun. Dia tidak menyangka hubungan Ikwan dengan gadis cantik itu sudah sampai ke tahap bertunang.
“Dari mana kau dapat tahu semua ni Harun?” tanya Alia was-was. Betul ke budak Harun ni? Banyak sangat dia tahu tentang Ikwan.
“Kau hairan? Aku sepupu Helina, memang la aku tahu banyak tentang dia dan Ikwan..” Sahut Harun dengan yakin. Alia tertunduk, matanya mulai terasa panas. Ada manik-manik jernih yang bertakung dibibir matanya. Sampai hati Ikwan!
Hendak bertunang pun Ikwan tidak memberitahunya.
“Mereka dijodohkan oleh keluargakah?” tanya Alia lagi. Dia berharap Ikwan berbuat demikian kerana terpaksa. Alia enggan menerima hakikat kalau Ikwan benar-benar mengkhianati cintanya!
“Sudahlah Alia.. jangan berharap lagi! Helina tu memang kekasih dia.. sebelum kau bersama Ikwan lagi.”
Hati Alia hancur berkecai mendengar kebenaran itu. Jadi selama ini Ikwan menipunya. Selama ini dialah pihak ketiga. Dia hanya sebagai boneka Ikwan kala Helina tidak ada bersama. Cuma sandaran sementara saja! Patutlah Ikwan tidak memperkenalkannya pada Helina bila Helina baru pulang. Ikwan kata kawan sepermainannya dari kecil lagi baru pulang dari luar negara. Tapi sedikit pun dia tidak bersuara untuk memperkenalkan Alia pada gadis itu, jadi memang benarlah Helina adalah kekasih lama seperti jangkaan Alia!
Sakit hati Alia terasa semakin dalam. Jantungnya seakan ditikam-tikam dengan pisau yang amat tajam. Dia benci Ikwan. Dia benci Helina! Mengapa mereka melukakan hatinya. Mengapa Ikwan mencambahkan cinta dihatinya, tapi kini dengan kejam membunuh cinta itu tanpa belas kasihan!
“Kenapa dia tidak beritahu aku?” kata Alia seolah-olah bertanya pada Ikwan.
“Entahlah Lia.. dia mungkin takut kau akan berjumpa Helina dan mengaku sebagai kekasihnya.. pasti hubungannya dengan Helina akan terjejas jika itu berlaku..”
Ada benarnya juga kata-kata Harun itu, patutlah Ikwan enggan dihubungi. Dia takut rahsia hubungannya dengan Alia terbongkar.
“Harun.. aku nak cuti setengah hari, hari ini.. tolong bagitau Encik Haris, katakan aku tak sihat..” Alia mengemas mejanya. Dia ingin pulang ke rumah dan menangis sepuas-puasnya. Dia ingin meraung dan menjerit untuk melepaskan kesakitan yang sarat berbuku didadanya. Harun mengangguk. Dia kelihatan amat bersimpati dengan Alia.
Alia segera mengambil telefon bimbitnya dan mendail nombor Zarul, adik sepupunya. “Kakak ni.. tolong ambil kakak di pejabat!” kata Alia sebaik saja talian disambungkan.
“Ai! Awalnya.. ada apa hal kak?”
“Kakak tak sihat hari ni.. kau di mana sekarang?”
“Saya masih di bandar ni.. ada temuduga pukul 11.00 a.m., habis temuduga nanti saya ambil kakak macam mana?”
Alia mengeluh. Dia ingin segera pulang ke rumah. Tapi Zarul pula sibuk. Adik sepupunya itu baru tamat belajar dan sedang mencari kerja. Dia dihantar dari kampung oleh ibubapanya untuk tinggal bersama Alia sementara mendapatkan pekerjaan. Zarul akan menghantar dan mengambilnya dari kerja setiap hari. Alia baru saja membeli sebuah kereta kancil tapi dia tidak mempunyai lesen memandu. Nasib baiklah Zarul sudah mendapatkan lesen memandu, secara tidak langsung Zarul menjadi pemandu sementara kepada Alia yang baru memohon lesen memandu dan masih dalam proses pembelajaran.
“Tak apalah! Kakak naik bas saja..”
“Eh! jangan lah..! Zarul datang sekarang..”
“Kan kau nak temuduga.. nanti terlewat pula.. sekarang dah pukul 10.30 a.m..”
“Alah.. masih sempat!” Talian terus diputuskan. Alia mengeluh. Zarul berkeras mahu menghantarnya pulang meski pun dia ada temuduga. Alia terpaksa menunggu. Beberapa minit kemudian terdengar bunyi hon di luar. Alia segera keluar dan masuk ke perut kereta.
“Tengok.. sudah pukul 10.40am.. mana sempat!” ujar Alia sambil menunjukkan jam tangannya pada Zarul.
“Sempat.. bukannya jauh!” balas Zarul sambil ketawa kecil.
“Ha.. nak bawa laju lah tu! Zarul.. kakak rasa baik Zarul pergi tempat temuduga tu, kakak tunggu di kereta.” Cadang Alia.
“Emn.. idea yang baik..” Zarul setuju. Kereta segera meluncur ke tempat yang dituju.
“Eh! Kau temuduga di sini?”
Zarul angguk. Alia kenal benar dengan bangunan itu. Bangunan itu adalah milik ibu Ikwan. Jadi Zarul pergi temuduga di syarikat milik keluarga Ikwan. Alia benar-benar tidak senang hati!
“Zarul kejap saja.. kakak tunggu ya!” Zarul bergeges masuk ke dalam bangunan itu.
Alia mendengar radio sementara menunggu Zarul masuk ke dalam. Tiba-tiba sebuah kereta masuk parking benar-benar di sebelah keretanya. Alia macam kenal kereta itu, dia menoleh memandang pemandunya. Alia tersentak, Ikwan! Lantas Alia berpura-pura tidak melihat Ikwan. Alia menundukkan kepalanya sambil membaca surat khabar yang dibeli Zarul. Bila Alia sudah pasti Ikwan telah pergi barulah Alia tercangak-cangak mencari kelibat lelaki itu. Perasaannya bercampur baur. Dia pun tidak tahu mengapa dia mengelakkan diri dari bersemuka dengan Ikwan. Biarlah hubungan mereka berlalu bagai angin yang datang menyapanya untuk seketika. Rasanya tak perlu lagi Alia hendak berperang besar dengan Ikwan atau Helina. Alia sedar siapa dirinya. Kalau nak rajuk biar pada yang sayang, kalau orang dah tak sudi buat apa Alia nak terhegih-hegih menagih perhatian Ikwan. Namun jauh di sudut hati Alia, dia merasa cukup pedih dan sengsara. Cinta yang mekar di hatinya itu bukannya mudah hendak dibuang dalam sekelip mata!
Ketika dia sibuk merenungi nasib diri, tiba-tiba Zarul muncul mengetuk cermin kereta. Di belakangnya kelihatan Ikwan yang memandangnya dengan wajah penuh misteri. Alia segera membuka tingkap.
“Kakak.. saya telah diterima bekerja di sini.. emn! Ni lah bos saya.. katanya nak jumpa kakak..” kata Zarul sambil tersenyum simpul. Hati Alia menjadi tidak keruan. Dia memandang muka Zarul dan Ikwan silih berganti.
“ Emn.. boleh kita cakap sendirian..?” Kata Ikwan dengan tenang.
Alia terasa lidahnya kelu. Dia yakin, Ikwan mahu berterus terang dengannya kini. Terasa air mata mula bertakung di bibir matanya. Alia mengangguk perlahan.
“Lia naik kereta Wan?” Ikwan membuka pintu keretanya. Alia angguk lagi. Dia segera keluar dari kereta kancilnya dan masuk ke dalam kereta Honda Ikwan.
“Zarul balik dulu lah!” kata Alia pada Zarul. Zarul agak kehairanan kerana bakal bosnya mengajak kakak sepupunya masuk ke dalam keretanya pula. Tapi Zarul tidak membantah. Dia masuk ke dalam kereta dan beredar.
“Kita pergi tempat biasa?” kata Ikwan lembut. Alia tidak menyahut. Dia hanya terbayang puncak bukit di mana mereka selalu menghabiskan masa bersantai di situ. Dengan membawa sedikit bekalan, mereka seolah-olah berkelah di puncak bukit itu. Tapi itu dulu, sebelum kehadiran Helina. Alia yakin, Ikwan hendak bercakap tentang hubungan mereka pada hari ini. Mungkin hari ini adalah hari terakhir mereka mengunjungi puncak bukit yang indah itu.
“Kenapa diam?”
Alia menoleh memandang Ikwan. Ikwan melirik padanya sambil terus memandu. “ Emn.. tak ada apa..” Sahut Alia malas.
Sebenarnya dia mahu meluahkan segala yang berbuku di hatinya. Dia mahu tanya tentang Helina dan mengapa Ikwan merahsiakan hubungannya dengan Helina selama ini. Alia ingin sekali mengamuk dan meradang atas sikap Ikwan yang mempermainkan hati dan perasaannya. Namun, Alia hanya membisu, dia tidak tahu hendak berkata apa kepada Ikwan. Cintanya pada Ikwan begitu dalam dan Alia pasrah jika terpaksa mendengar khabar buruk itu hari ini.
Sepuluh minit kemudian mereka sampai di puncak bukit. Suasana tenang dan dingin. Tapi hati Alia semakin ketakutan. Takut menghadapi kata-kata perpisahan dari Ikwan. Ikwan kejam kerana mempermainkan harga dirinya. Alia tidak mahu kelihatan bodoh dengan mengamuk atau melenting pada Ikwan yang nyata menjadikannya sebagai boneka mainan. Itulah tekad Alia. Alia ingin terus bersabar!
“ Kenapa diam saja dari tadi Lia..?” tanya Ikwan lagi. Dia memandang mata Alia seolah-olah mencari-cari sesuatu di situ. Wajah Alia muram saja. Tidak ada apa-apa di matanya kecuali kedukaan.
“Cakaplah apa yang Wan nak cakap..” ujar Alia membuang pandangannya dari wajah Ikwan. Ikwan menarik nafas berat. Sukar untuk memulakan kata-kata.
“ Wan tahu, Alia kecil hati kerana Wan seolah-olah menjauhkan diri dari Lia.. maafkan Wan..” Ikwan mula membuka kata-kata. Alia mengigit bibir menahan sendu di hatinya.
“Lia pun tidak mahu menghubungi Wan lagi.. Lia juga seolah-olah tidak mahu ambil tahu tentang Wan lagi..” Sambung Ikwan.
Alia terus membisu, dia enggan berkata apa-apa. Biarlah Ikwan menyampaikan kata-kata terakhirnya sebelum mereka berpisah. Alia bersiap untuk mendengar kebenaran yang pasti menyakitkan itu.
“Biarlah Wan berterus terang dengan Lia…”
Alia segera membelakangkan Ikwan. Dia tahu apa yang bakal didengarnya. Airmatanya sudah luruh. Ikwan tidak menyedari airmata itu kerana Alia segera menyembunyikan wajahnya dengan menghadap hutan yang tebal.
“ Wan..” suara Alia serak. “ Boleh tak Wan tak payah cakap apa yang Wan nak cakap..” Alia masih membelakangi Ikwan. Suaranya bergetar, Ikwan mula perasan ada pergolakan dalam perasaan Alia. Dia ingin sekali memujuk.
“ Lia.. Wan tahu Lia merajuk! Wan tahu Wan salah.. Kita berdamai o.k?”
Alia segera berpaling ke arah Ikwan. Ikwan terharu melihat airmata Alia yang bercucuran itu. “Sampai hati Wan.. Lia tahu Lia tak sepadan dengan Wan, tapi kenapa Wan tak terus terang dengan Lia? Sepatutnya Wan tak perlu minta maaf dengan Lia.. biarkan saja Lia! Kawin sajalah dengan kekasih hati Wan tu.. sampai hati Wan permainkan perasaan Lia..” Tersembur keluar semua yang berbuku dihatinya. Wajah Ikwan nampak terkejut.
“Kenapa? Wan tak sangka Lia sudah tahu hubungan Wan dengan Helina? Wan fikir Lia tak tahu Wan nak bertunang dengannya? Cukuplah Wan.. jangan nak siksa hati Lia lagi..” Ucap Alia separuh menjerit. Ikwan tercengang memandangnya.
“ Mana Lia dapat cerita ni?”
“ Itu tak penting.. yang penting mengapa Wan permainkan perasaan Lia.. kenapa Wan mahu bersama Lia sedangkan Wan dah ada Helina..”
“ Lia.. Lia.. Lia! Wan tak faham.. mana Lia dapat cerita Wan nak tunang dengan Helina, sumpah Lia! Dia cuma kawan baik Wan dari kecil lagi. Dia bukan kekasih Wan!”
Alia mula diam, tangisnya reda mendengar kata Ikwan. Mereka berpandangan.
“Betul..?” tanya Alia sambil mengesat airmatanya. Ikwan angguk.
“Tapi kenapa Wan tak kenalkan Lia dengan dia? Kenapa Wan jauhkan diri sejak dia datang?” Wan tarik nafas berat. Dia melangkah ke keretanya dan mengambil sesuatu.
“Nah!”
Beberapa keping gambar dihulurkan kepada Alia. Alia membelek semua gambar itu. Semuanya gambar dia bersama Zarul, ketika dalam kereta, di jalan raya dan di perkarangan rumah.
“Kenapa ada gambar Lia dan Zarul..?” tanya Alia tidak faham.
“Kerana gambar inilah Wan menjauhkan diri dari Lia.. beberapa minggu lepas, satu surat dikirimkan pada Wan. Dalam surat itu ada gambar Lia dan Zarul. Kononnya Zarul adalah tunang Lia.. Lia telah ditunangkan oleh keluarga Lia.. Wan pun frust la bila dapat tahu..” cerita Ikwan dengan tenang.
“Tapi kenapa Wan tak tanya pada Lia?” Kata Alia dengan wajah yang lebih cerah. Sisa-sisa airmata sudah hilang.
“Itulah silap Wan! Wan mahu Lia sendiri yang berterus terang dengan Wan.. tapi Lia sikit pun tidak cakap apa-apa, Zarul tinggal serumah dengan Lia .. tapi sedikit pun Lia tidak memberitahu Wan.. tentulah Wan salah faham. Wan geram, marah dan benci pada Lia sebab tu Wan malas nak layan Lia.. malas nak sambut call Lia.. Manalah Wan tahu Zarul tu adik sepupu Lia.. mujurlah dia datang temuduga tadi, Wan masih cam muka Zarul dalam gambar tu. Wan memang nampak Lia dalam kereta tunggu Zarul tadi, tapi Wan tak tegur Lia kerana Wan masih salah faham dengan Lia, tapi lepas temuduga Zarul tadi, Wan tanya Zarul siapa gadis yang tunggu dalam kereta? Barulah Wan tahu Zarul adalah adik sepupu Lia.. barulah Wan tahu selama ni Wan salah faham dengan Lia.. Wan nak minta maaf, Lia?”
Alia termangu mendengar cerita Ikwan. Rupanya ada kisah yang diluar jangkaannya. Siapa pula yang mengambil gambarnya dengan Zarul dan mengatakannya bertunang? Alia keliru.
“Wan tak tunang dengan Helina?”
“Sumpah tidak! Siapa yang cakap ni..”
“Harun.. sepupu Helina! Katanya Wan memang kekasih Helina sebelum Wan bersama Lia lagi.. katanya tak lama lagi Wan akan bertunang dengan Helina.. Lagi pun Wan semakin menjauhkan diri dari Lia sejak dia datang..” jelas Alia. Dia mula ragu dengan kata-kata Harun.
“Mestilah Wan jauhkan diri dari Lia masa tu, sebab Wan marah pasal gambar Lia dengan Zarul.. Wan malas nak kenalkan Lia dengan Helina kerana masa tu Wan benar-benar salah sangka pada Lia.. maaf ye sayang..” Ikwan menarik tangan Alia dan memandang tepat ke matanya. Alia angguk sambil menarik nafas lega. Dia menyangka Ikwan hendak memutuskan hubungan tapi kini sebaliknya.
“Memang benar Harun tu sepupu Helina, tapi hairan mengapa dia nak menghancurkan hubungan kita pula?” Kata Ikwan penuh tanda tanya. Alia angkat bahu. Kini hatinya lega. Gadis cantik itu ternyata tidak ada apa-apa hubungan cinta dengan Ikwan. Rupanya semua masalah itu hanyalah salah faham dan fitnah orang lain. Cemburunya pada gadis itu hilang serta merta.
“Dan hairan.. siapa pula yang ambil gambar Lia serta hantar kat Wan? Sudah jelas ada orang yang mahu musnahkan hubungan kita?” Kata Alia pula.
“Ya! Mungkin Harun juga?” Alia mengganguk tanda setuju dengan kata-kata Ikwan itu. mereka berpandangan. Saling tersenyum. Mereka tidak peduli apakah motif Harun, yang paling penting kini mereka sudah kembali bersama.
“Maaf ya?” tanya Ikwan sekali lagi.
“Lia juga..” Balas Alia.
“Sia-sia saja Wan bencikan Lia.. tahu-tahu cuma salah faham..” Kata Ikwan sambil ketawa kecil. Teringat akan sikapnya beberapa minggu yang lepas. Seluruh isi rumah menjadi tempatnya melepaskan marah. Berbakul-bakul leteran ibu kepadanya kerana sikapnya menjadi garang tidak tentu pasal. Anak-anak buahnya di pejabat pun tidak berani curi tulang, takut pada Ikwan yang tidak semena-mena bertukar angin. Bos yang dulunya peramah dan mesra menjadi bengis tak menentu. Pantang silap sikit adalah yang kena marah! Semuanya pasal gambar yang diterimanya itu. Helina pun selalu merungut dengan perangainya yang selalu berubah angin. Hendak berlawak jenaka pun susah. Kalau senyum pun bagaikan terpaksa!
“BenarkahWan bencikan Lia?” Tanya Alia menduga.
“ Ya! Benci sangat.. benci tapi rindu..ha ha ha.. merana betul Wan menanggung rindu tidak jumpa Lia beberapa minggu. Kadang-kadang Wan harap Lia akan call atau SMS Wan.. tapi bila buka handset.. sunyi saja..” luah Ikwan tentang perasaannya ketika musim dingin hubungan mereka.
“Lia juga.. nak call Wan.. tapi teringat Helina mungkin sedang bersama Wan..” Ujar Alia pula, mereka tertawa bersama. Rupanya mereka sama saja, cemburu buta!
“Zarul cakap Lia tak sihat? Minta hantar balik rumah..” tanya Ikwan dengan muka bimbang. Muka Alia memang pucat saja tadi.
“Emn..” Alia tersenyum nipis. Kini dia kelihatan berseri-seri.
“Lia sakit apa?” tanya Ikwan lagi sambil sentuh dahi Alia.
“Sakit hati..” jawabnya dengan menahan senyum.
“Oh.. rupanya! Sakit hati kenapa boleh senyum?” ujar Ikwan setelah mendapat tahu. Dia turut senyum meleret. Alia hanya menolak bahu Ikwan dengan manja. Ikwan tertawa melihat riaksi Alia.
“Lia..” Panggil Ikwan dengan suara romantis. Alia mendongak ke arah wajah lelaki yang dicintainya itu. Rindu benar hatinya pada Ikwan. Mujurlah semuanya sudah berubah baik.
“Emn..”
“Jom kita kawin?”
Mata Alia terbelalak. Dia menatap wajah Ikwan minta kepastian akan lamaran yang tiba-tiba itu.
“Kenapa? Tak sudi?”Tanya Ikwan lagi.
“Wan lamar Lia?” Angguk.
“Bunga? Cincin? Takkan nak lamar macam ni saja?” usik Alia dengan senyum nakal. Ikwan ketawa besar. Dia menarik Alia masuk ke dalam keretanya. Alia kehairanan.
“Jom kita pergi beli bunga dan cincin!!” balas Ikwan sambil masuk ke dalam perut kereta. Kereta meluncur laju menuju ke bandaraya.
“Mulai saat ini.. kalau ada apa-apa masalah, kita mesti bincang! Jangan simpan sendiri dalam hati.. o.k?” bisik Ikwan sambil memimpin tangan Alia menuju ke kedai bunga terhampir. Alia mengangguk. Wajahnya penuh dengan senyuman bahagia. Dugaan seperti itu mungkin datang lagi. Tapi kalau saling cinta menyintai, kalau saling kasih mengasihi dan kalau saling mempercayai antara satu sama lain, apa pun dugaannya pasti dapat diredah bersama. Ternyata dugaan cinta itu berlalu juga!
puisi
engkau awan yg slalu berikan hitam & putih d jiwaku .
yg memancarkan aura cinta .
yg memanggil ku utk memberimu tulus cinta dr hatiku .
Bintang
jagalah dirinya dr gelap malam .
saat kau kerlipkan chayamu ,
berikanlah dia slalu mimpi indah .
mimpi indah ttg aku dan dia .
... bulan ..
teduhkan hati & jiwanya .
d saat rindu datang d antara qt brdua .
wujudkanlah cinta yg tulus
& sejati antara driku dan drinya .
karna diriku menyayanginya ,
mencintai.a
& slalu merindukan.a ..
dan
izinkan aku
untuk menjadi pelengkap hidupmu
dan penyempurna kekuranganmu.
yg memancarkan aura cinta .
yg memanggil ku utk memberimu tulus cinta dr hatiku .
Bintang
jagalah dirinya dr gelap malam .
saat kau kerlipkan chayamu ,
berikanlah dia slalu mimpi indah .
mimpi indah ttg aku dan dia .
... bulan ..
teduhkan hati & jiwanya .
d saat rindu datang d antara qt brdua .
wujudkanlah cinta yg tulus
& sejati antara driku dan drinya .
karna diriku menyayanginya ,
mencintai.a
& slalu merindukan.a ..
dan
izinkan aku
untuk menjadi pelengkap hidupmu
dan penyempurna kekuranganmu.
Sabtu, 07 April 2012
puisi
Cnta dtng bkn dri audisi tp cnta dtng dri hti : cnta bkn tuk di sleksi tp cnta tuk di mliki : jngn mliki cnta krna gengsi tpi mliki cnta dri hti yg suci krna cnta akn abdi jka saling mngerti n mmhami?
mlhat orng yg di cnta bhgia qta pun kan bhgia mnrut Q tu "BOHONG" krna sbnrna qt hnya pra" bhgia ya wlw hti qt ndri skt
cnta gx hrs memliki tu jga"BOHONG" krna qta slalu ingin mndptkanna bhkn apapun jlanna
puisi
semuanya begitu berarti bagi ku senyum mu tawa mu tangis mu itu yg gx pernah bisa hilang dari pikiran ku........
makin ku mencoba melupakan mu itu membuat aq makin mengingat mu..........
jangan pernah kmu meminta aku untuk pergi jauh dari dirimu karna mungkin aq bisa pergi jauh dari dirimu tapi hanya raga ku saja yg pergi karna sesungguhnya jiwa dan hati ku slalu bersama mu menemani mu baik suka maupun duka.......
banyak kata yg bisa ku rangkai karna aq slalu memikirkan mu semua kata-kata itu tertuangkan langsung dari jiwaku yang sedang di rundung rindu yaitu rindu kepadamu .....
makin ku mencoba melupakan mu itu membuat aq makin mengingat mu..........
jangan pernah kmu meminta aku untuk pergi jauh dari dirimu karna mungkin aq bisa pergi jauh dari dirimu tapi hanya raga ku saja yg pergi karna sesungguhnya jiwa dan hati ku slalu bersama mu menemani mu baik suka maupun duka.......
banyak kata yg bisa ku rangkai karna aq slalu memikirkan mu semua kata-kata itu tertuangkan langsung dari jiwaku yang sedang di rundung rindu yaitu rindu kepadamu .....
puisi
cinta ♥
setiap orang memiliki kisahnya masing-masing .........
yang terkadang berakhir dengan air mata ataupun senyum bahagia....
cinta ♥
kata itu sudah gx asing lagi bagi kita karna setiap orang pasti pernah merasakan cinta........
tak bisa di pungkiri cinta datang dan pergi tanpa di undang dan tak bisa di pungkiri karna cinta semua terasa indah bahkan membuat kita slalu tersenyum-tersenyum sendi...ri karna memikirkannya......
aku bukanlah seorang penulis,pengarang ataupun seorang puitis tp aku adalah seorang yg sedang mencoba mengartikan apa itu cinta sejati??????
sesungguhnya karna cinta sejati itu mungkin saja ada di sekitar kita atau jauh dari kita .......hemmmmm kita semua gx tau itu dan aku pun gx tau itu hehehe yah itulah cinta yg sulit di ungkapkan dengan kata-kata :)
setiap orang memiliki kisahnya masing-masing .........
yang terkadang berakhir dengan air mata ataupun senyum bahagia....
cinta ♥
kata itu sudah gx asing lagi bagi kita karna setiap orang pasti pernah merasakan cinta........
tak bisa di pungkiri cinta datang dan pergi tanpa di undang dan tak bisa di pungkiri karna cinta semua terasa indah bahkan membuat kita slalu tersenyum-tersenyum sendi...ri karna memikirkannya......
aku bukanlah seorang penulis,pengarang ataupun seorang puitis tp aku adalah seorang yg sedang mencoba mengartikan apa itu cinta sejati??????
sesungguhnya karna cinta sejati itu mungkin saja ada di sekitar kita atau jauh dari kita .......hemmmmm kita semua gx tau itu dan aku pun gx tau itu hehehe yah itulah cinta yg sulit di ungkapkan dengan kata-kata :)
puisi
senandung Cinta
Jiwa yang terkapar nada rindu mengusik kalbu
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Nada kasih mengalir menembus sukma
Menyentuh batin mengalirkan sayang
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Sungguh...betapa segala resah mendesah
Bimbang mengguncang dalam ketidak-abadian
Untuk siapa nada ini kan menyapa
Di relung jiwa bersemayam segala rasa
Terhempas risau, melayang hilang
Menjelajah hati menjawab tanya
Hadir membayang dalam bayang-bayang
Getar ujung jemari kabarkan kehadirannya
Nyata terasa getaran dijiwa.
Bening air mata, berkaca-kaca
Bak air telaga yang memantulkan gemerlap bintang
Sendu merayu ditengah heningnya malam
Bercengkrama bersama titik-titik embun
Membongkar dinginnya kabut rahasia
Hingga kebenaran, datang menjelang
Nada lahir dari ujung renungan
Mengalun bersama kesunyian
Menepis semua kebisingan
Mengalir diantara mimpi dan bayangan
Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada
Rindu memecah sepi, lantang bergemuruh menderu hati
Menabur mimpi, dalam hasrat menggebu di ujung rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku menemukanmu
posting comment by pangat
Jiwa yang terkapar nada rindu mengusik kalbu
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Nada kasih mengalir menembus sukma
Menyentuh batin mengalirkan sayang
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Sungguh...betapa segala resah mendesah
Bimbang mengguncang dalam ketidak-abadian
Untuk siapa nada ini kan menyapa
Di relung jiwa bersemayam segala rasa
Terhempas risau, melayang hilang
Menjelajah hati menjawab tanya
Hadir membayang dalam bayang-bayang
Getar ujung jemari kabarkan kehadirannya
Nyata terasa getaran dijiwa.
Bening air mata, berkaca-kaca
Bak air telaga yang memantulkan gemerlap bintang
Sendu merayu ditengah heningnya malam
Bercengkrama bersama titik-titik embun
Membongkar dinginnya kabut rahasia
Hingga kebenaran, datang menjelang
Nada lahir dari ujung renungan
Mengalun bersama kesunyian
Menepis semua kebisingan
Mengalir diantara mimpi dan bayangan
Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada
Rindu memecah sepi, lantang bergemuruh menderu hati
Menabur mimpi, dalam hasrat menggebu di ujung rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku menemukanmu
posting comment by pangat
sedikit kisah yang menggugah hati
seorang anak bertanya kepada ayahna' "ayah' berapa penghasilanmu 1 jam?"
mendengar pertanyan ini sang ayah marah lalu berkata kasar, " jangan ganggu aku!"
sang ayah baru saja pulang kerja dalam keadaan capai dan wajah muram.
namun,anaknya bersikeras dengan pertanyaannya.
"ayah berapa penghasilan mu,tolong jawab.....!
dengan suara yg tidak menyenangkan dia menjawab,
" 8 dolar 1jam."
"ayah,boleh tidak,aku pinjam 4 dolar?"
"aku sudah berkata ,jngan ganggu aku!diam dan pergilah ke kamarmu!"bentak ayahna.
memasuki saat tidur malam, sang ayah sudah merasa agak tenang. ia menyesali perlakuannya tadi,lalu pergi ke loteng menuju kamar anaknya.
" kau sudah tidur?" tanya ayahnya.
ia lalu memberi anaknya 4 dolar yg tadi hendak dipinjamnya. anaknya mengucapkan terimakasih , lalu meyisipkan tangannya ke bawah bantal dan mengeluarkan dari bawahnya uang 4 dolar yg tampak kusut.
"sekarang aku pnya 8 dolar! ayah, bolehkah aku membeli sejam saja dari waktumu untuk ku?"
mendengar pertanyan ini sang ayah marah lalu berkata kasar, " jangan ganggu aku!"
sang ayah baru saja pulang kerja dalam keadaan capai dan wajah muram.
namun,anaknya bersikeras dengan pertanyaannya.
"ayah berapa penghasilan mu,tolong jawab.....!
dengan suara yg tidak menyenangkan dia menjawab,
" 8 dolar 1jam."
"ayah,boleh tidak,aku pinjam 4 dolar?"
"aku sudah berkata ,jngan ganggu aku!diam dan pergilah ke kamarmu!"bentak ayahna.
memasuki saat tidur malam, sang ayah sudah merasa agak tenang. ia menyesali perlakuannya tadi,lalu pergi ke loteng menuju kamar anaknya.
" kau sudah tidur?" tanya ayahnya.
ia lalu memberi anaknya 4 dolar yg tadi hendak dipinjamnya. anaknya mengucapkan terimakasih , lalu meyisipkan tangannya ke bawah bantal dan mengeluarkan dari bawahnya uang 4 dolar yg tampak kusut.
"sekarang aku pnya 8 dolar! ayah, bolehkah aku membeli sejam saja dari waktumu untuk ku?"
Cinta dan Dongeng
Cerpen oleh Maya Winandra nova
“Kringggg.....!!!”
“Assalamualaikum”. Pesan baru dari Handphone ku, tertulis salam dari pengguna nomor baru. Dan ku jawa “Waalaikumsalam....”.
“Ini maya ya....?”, balasan sms pun datang menjawab salamku.
Langsung ku balas “Iya. . .ini me, ne spa ya?”, pesan singkat ku lontarkan kembali kepada pemilik nomor baru dalam Handphoneku.
Panggilan masuk pun berdering lewat Handphone ku dengan nomor baru itu. Ku jawab salamnya dan pembicaraan pun berlangsung dengan ku. Pemilik nomor baru itu adalah seorang pria yang bernama Andi. Dia mendapatkan nomor teleponku dari Abang angkat ku yang ku kenal baik selama ini.
Perkenalan baru yang bermula lewat Handphone membawa aku dan dia akrab. Saling bercerita tentang kehidupan masing-masing, bercanda bersama meski lewat Handphone.
Pertemuan pun kami rencanakan di rumahku yang sederhana. Di malam yang cerah dia datang bersama seorang teman yang menemaninya.
“Assalamualaikum. . . .?” terdengar dari luar pintu rumahku seseorang mengucap salam seraya mengetuk pintu rumahku.
“Waalaikumsalam. . .” jawabku sambil ku buka pintu rumahku.
Seraya tersenyum sopan, seorang pria berdiri di hadapanku sambil bertanya kepadaku, “Benarkah ini rumahnya Me?” tanyanya singkat.
“Ya benar, , , Anda siapa dan ada perlu apa dengan saya?” ku jawab pertanyaannya sambil ku lontarkan pertanyaan balik kepadanya.
“Saya Andi yang menelpon Kamu tadi” jawabnya singkat.
“Oh. . . Bang Andi itu ya. . .?? hmmm. . . . ayo silahkan masuk, kirain siapa tadi.” Jawabku sambil menyuruh dia dan temannya masuk kedalam rumah.
“Silahkan masuk dan silahkan duduk,” ku persilahkan lagi kepadanya.
“Iya. . . terima kasih,” seraya berjalan masuk dan duduk di kursi yang ada di ruang tamu rumah ku.
“Sebentar ya. . .!!” jawabku sambil ku tinggalkan mereka sejenak di ruang tamu, ku bergegas pergi ke dapur dan membuatkan 2 gelas teh manis panas dan ku persilahkan kepada mereka.
“Diminum tehnya, , , tapi masih panas sangat,” kataku basa-basi.
“Iya terima kasih, , , “ jawab mereka.
“Gimana. . . susah ya nyari alamat rumah Me?”, tanyaku membuka suasana yang hening.
“Iya. . . sempet juga nyasar tadi, soalnya belum pernah main-main ke daerah sini,” balasnya.
“Ya. . . begini lah keadaan rumah Me,”
“Hmmm. . . sunyi ya disini, kemana semua keluarga Me?” tanya nya kepadaku.
“hmmm.... kalau bapak sama mamak Me lagi di kamar lihat televisi, adik Me yang pertama lagi keluar latihan main Band, kalau adik Me yang kedua lagi lihat tv di ruang tengah, sedangkan kedua kakak Me udah berumah tangga mereka udah tinggal di rumah mereka masing-masing,” jawabku menjelaskan.
“Oo. . . kirain pada pergi, soalnya sunyi sih rumahnya.” Katanya balik.
Aku yang memang terkenal mudah bergaul dengan orang laen dengan mudah bisa membawa suasana menjadi ramai dan tidak terasa canggung dalam berbicara meskipun baru pertama kali bertemu. Pembicaran dan canda tawa di ruang tamu membawa kami lupa bahwa kami baru bertemu, seakan udah lama sangat berkenalan. Nah, , , itu lah sifat pribadi Me yang mudah membaur dengan orang laen. Tak terasa waktu udah menunjukkan jam 11 malam. Dia dan temannya permisi buat pamit pulang.
“Berhubung sudah malam, kami pamit pulang dulu ya, laen waktu bolehkan kami main ke rumah Me lagi,? Tanyanya kepadaku .
“Boleh saja atuh bang, , ,” jawabku dengan gaya bicaraku yang terbilang unik, yang mencampurkan bahasa daerah laen.
“Ya udah kalo begitu, , , Assalamualaikum Meme?” kami pamit pulang, katanya kepadaku sambil bergegas pulang.
“Waalaikumsalam bang, , ,” jawabku.
Ku bersihkan ruang tamu ku yang tadi berantakan. Saat selesai ku bersihkan lalu ku rebahkan tubuhku di tempat tidur. Tak lama Handphoneku berdering. Sebuah panggilan masuk dari bang Andi. Ku perhatikan sejenak, lalu ku angkat segera teleponku.
Mei :”Hallo Assalamualaikum Bang.....?” sapaku lewat Handphone.
Bang Andi :”Waalaikumsalam Meme. . .” balasnya.
Mei :”Ada apa bang, , ,? Apa ada yang tertinggal di rumah Me?” tanyaku heran, karena baru saja mereka beranjak pamit pulang, kemudian Handphoneku berdering.
Bang Andi :”hmm. . . nggak ada apa-apa kok, Cuma pengen ngobrol aja neh sambil makan...”
Mei :”Oo. . .kirain ada yang tertinggal di rumah Me, , eh rupanya. . .rupanya. . .”
Bang Andi :”Heeee. . . nggak apa kan Mei, Bang nelepon neh?”
Mei :”nggak apa atuh Bang. . .”
Bang Andi :”Ternyata bener ya. . . nggak dari Handphone maupun jumpa langsung, Meme ananknya enak kalau di ajak ngomong gitu, mudah akrab orangnya,”
Mei :”Heeee. . . begini lah Me, Bang, orangnya”
Pembicaraan yang bisa di bilang ya. . . seperti orang-orang pada umumnya, membawa keramahan tersendiri bagi siapa yang mengenal diriku. Terkesan tomboy, tapi paling asyik jika diajak bicara. Semenjak perkenala itu, kami semakin akrab dan semakin sering bertemu. Hingga pada akhirnya membawaku untuk menemaninya menghadiri sebuah acara pernikahan temannya. Aku yang biasa tampil dengan gaya ku sendiri kini ku hadir dengan balutan gaun putih dengan rambut yang sengaja ku tata beda dengan high heel senada dengan gaun yang ku kenakan. Mungkin yang biasa melihat aku bergaya tomboy, sekarang bisa menjadi cewek feminim yang benar-benar beda di malam acara tersebut. Tak dipungkiri juga, dia yang biasa melihat aku langsung gak percaya saja melihat aku yang sekarang ini.
Bang Andi :”Waw, , , , I like it’s. . .”
Mei :”hmmm. . . apa sihh. . . Jangan diliatin terus, Me jadi gak PeDe atuh” jawabku dengan muka malu.
Bang Andi :”Ngapain malu. . . beneran lo. . . I Like this. . . sumpah beda banget lo” jawabnya memujiku.
Mei :”Udah ach. . . jangan komen terus, , ,buruan kita pergi ntar kemalaman “, pintaku.
Bang Andi :”Ya udah yuk . . . tapi entar dulu, Bang pamitan dulu sama orang tua Me,”
Mei :”Silahkan bang, , , tuh mama ada kok di ruang tengah”
Dalam perjalananku menuju tempat dimana acara itu di gelar, banyak pembicaraan yang kami lontarkan. Tak khayal sebuah komentar perubahanku. Dari pertanyaan dan pertanyakan ku menjelaskan bagaimana diriku ini.
Mei :”Ya, , , seperti bang lihat sekarang ini, Me yang biasanya tampil apa adanya dengan gaya tomboynya Me, sebenarnya Me bisa tampil dengan gaya feminim seperti saat ini, Cuma Me kadang-ladang aja kayak gini, bisa di bilang jika ada iven-iven kayak gini neh, Me kadang menyesuaikan keadaan sekitar Me, bagaimana berpakaian saat bekerja, di rumah, kumpul dengan teman, atau pun pergi ke pesta,” kata ku menjelaskan panjang lebar dengan nya.
Bang Andi :”Tapi beneran. . .Bang jadi PeDe kalau seperi ini, beda banget lo Me malam ini, sungguh I Like it banget lo.”
Mei :”Ya makasih bang.”
Akhirnya tiba di tempat dimana kami tuju. Setiba di sana aku merasa nggak enak banget di lihati oleh para tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut. Aku sampai berpikir kalau ada yang salah dengan diriku hingga banyak yang melihat aku di malam itu. Tapi dia menyakinkan k kalau gak ada yang salah dengan diriku, itu karena aku tampil beda dengan lainnya. Mendengar ucapannya kepadaku, aku berusaha nyantai membawa suasana seperti itu. Dan sukses juga acara menemani dia.
Perkenalan yang singkat itu akhirnya menumbuhkan rasa di antara kami berdua. Tak bisa di tutupi lagi, cinta pun tumbuh diantara kami. Hari demi hari kami lalu, semakin lama semakin dekat. Walau kadang kami tidak sesering bertemu, percakapan lewat Handphone juga bisa mendekatkan kami jauh lebih dekat ketimbang terus bertemu muka.
Saling mengerti, saling mengingatkan, saling percaya kami patokan dalam hubungan kami. Keterbukaan satu sama yang lain juga kami lakukan dengan sikap dewas. Hingga keseriusan di antara kami ada.
Saat dia kerja, dan mengharuskan dia tak bisa bertemu denganku, ku menghargainya. Kami saling mengingatkan satu sama yang lain agar selalu dekat dengan Yang Maha Esa. Itu lah satu poin dimana aku bisa mencintainya, selain aku bisa deket dengan cintainya, aku juga bisa mendekatkan diri dengan Yang Maha Esa.
Tapi di perjalanan cintaku selalu tak semulus dengan hari-hariku yang ku lewati dengan senyum ceria dan semangat. Aku harus merasakan rasa sakit hati kembali dengan yang namanya Cinta. Pertemuan dan hubunganku tak secerah awan dan ibarat umur, hanya seumur jagung. Tanpa alasan yang pasti, ku harus melepaskan cintaku yang telah bersamaku untuk orang laen. Sungguh cinta yang katanya indah, kini bagai dongeng di saat malam tiba, dimana yang katanya indah tidak bisa aku rasakan. Kini diriku tidak bisa berbuat banyak tentang hal ini, ku harus bisa menjadi aku sebelum atau pun sesudah nya, aku adalah aku. Semogga Allah selalu menuntunku dan memberikan ku kesabaran dalam menjalani kehidupan aku ini.
By : Maya Winandra nova
e-mail :Mayawinandranova@yahoo.co.id
Cerpen oleh Maya Winandra nova
“Kringggg.....!!!”
“Assalamualaikum”. Pesan baru dari Handphone ku, tertulis salam dari pengguna nomor baru. Dan ku jawa “Waalaikumsalam....”.
“Ini maya ya....?”, balasan sms pun datang menjawab salamku.
Langsung ku balas “Iya. . .ini me, ne spa ya?”, pesan singkat ku lontarkan kembali kepada pemilik nomor baru dalam Handphoneku.
Panggilan masuk pun berdering lewat Handphone ku dengan nomor baru itu. Ku jawab salamnya dan pembicaraan pun berlangsung dengan ku. Pemilik nomor baru itu adalah seorang pria yang bernama Andi. Dia mendapatkan nomor teleponku dari Abang angkat ku yang ku kenal baik selama ini.
Perkenalan baru yang bermula lewat Handphone membawa aku dan dia akrab. Saling bercerita tentang kehidupan masing-masing, bercanda bersama meski lewat Handphone.
Pertemuan pun kami rencanakan di rumahku yang sederhana. Di malam yang cerah dia datang bersama seorang teman yang menemaninya.
“Assalamualaikum. . . .?” terdengar dari luar pintu rumahku seseorang mengucap salam seraya mengetuk pintu rumahku.
“Waalaikumsalam. . .” jawabku sambil ku buka pintu rumahku.
Seraya tersenyum sopan, seorang pria berdiri di hadapanku sambil bertanya kepadaku, “Benarkah ini rumahnya Me?” tanyanya singkat.
“Ya benar, , , Anda siapa dan ada perlu apa dengan saya?” ku jawab pertanyaannya sambil ku lontarkan pertanyaan balik kepadanya.
“Saya Andi yang menelpon Kamu tadi” jawabnya singkat.
“Oh. . . Bang Andi itu ya. . .?? hmmm. . . . ayo silahkan masuk, kirain siapa tadi.” Jawabku sambil menyuruh dia dan temannya masuk kedalam rumah.
“Silahkan masuk dan silahkan duduk,” ku persilahkan lagi kepadanya.
“Iya. . . terima kasih,” seraya berjalan masuk dan duduk di kursi yang ada di ruang tamu rumah ku.
“Sebentar ya. . .!!” jawabku sambil ku tinggalkan mereka sejenak di ruang tamu, ku bergegas pergi ke dapur dan membuatkan 2 gelas teh manis panas dan ku persilahkan kepada mereka.
“Diminum tehnya, , , tapi masih panas sangat,” kataku basa-basi.
“Iya terima kasih, , , “ jawab mereka.
“Gimana. . . susah ya nyari alamat rumah Me?”, tanyaku membuka suasana yang hening.
“Iya. . . sempet juga nyasar tadi, soalnya belum pernah main-main ke daerah sini,” balasnya.
“Ya. . . begini lah keadaan rumah Me,”
“Hmmm. . . sunyi ya disini, kemana semua keluarga Me?” tanya nya kepadaku.
“hmmm.... kalau bapak sama mamak Me lagi di kamar lihat televisi, adik Me yang pertama lagi keluar latihan main Band, kalau adik Me yang kedua lagi lihat tv di ruang tengah, sedangkan kedua kakak Me udah berumah tangga mereka udah tinggal di rumah mereka masing-masing,” jawabku menjelaskan.
“Oo. . . kirain pada pergi, soalnya sunyi sih rumahnya.” Katanya balik.
Aku yang memang terkenal mudah bergaul dengan orang laen dengan mudah bisa membawa suasana menjadi ramai dan tidak terasa canggung dalam berbicara meskipun baru pertama kali bertemu. Pembicaran dan canda tawa di ruang tamu membawa kami lupa bahwa kami baru bertemu, seakan udah lama sangat berkenalan. Nah, , , itu lah sifat pribadi Me yang mudah membaur dengan orang laen. Tak terasa waktu udah menunjukkan jam 11 malam. Dia dan temannya permisi buat pamit pulang.
“Berhubung sudah malam, kami pamit pulang dulu ya, laen waktu bolehkan kami main ke rumah Me lagi,? Tanyanya kepadaku .
“Boleh saja atuh bang, , ,” jawabku dengan gaya bicaraku yang terbilang unik, yang mencampurkan bahasa daerah laen.
“Ya udah kalo begitu, , , Assalamualaikum Meme?” kami pamit pulang, katanya kepadaku sambil bergegas pulang.
“Waalaikumsalam bang, , ,” jawabku.
Ku bersihkan ruang tamu ku yang tadi berantakan. Saat selesai ku bersihkan lalu ku rebahkan tubuhku di tempat tidur. Tak lama Handphoneku berdering. Sebuah panggilan masuk dari bang Andi. Ku perhatikan sejenak, lalu ku angkat segera teleponku.
Mei :”Hallo Assalamualaikum Bang.....?” sapaku lewat Handphone.
Bang Andi :”Waalaikumsalam Meme. . .” balasnya.
Mei :”Ada apa bang, , ,? Apa ada yang tertinggal di rumah Me?” tanyaku heran, karena baru saja mereka beranjak pamit pulang, kemudian Handphoneku berdering.
Bang Andi :”hmm. . . nggak ada apa-apa kok, Cuma pengen ngobrol aja neh sambil makan...”
Mei :”Oo. . .kirain ada yang tertinggal di rumah Me, , eh rupanya. . .rupanya. . .”
Bang Andi :”Heeee. . . nggak apa kan Mei, Bang nelepon neh?”
Mei :”nggak apa atuh Bang. . .”
Bang Andi :”Ternyata bener ya. . . nggak dari Handphone maupun jumpa langsung, Meme ananknya enak kalau di ajak ngomong gitu, mudah akrab orangnya,”
Mei :”Heeee. . . begini lah Me, Bang, orangnya”
Pembicaraan yang bisa di bilang ya. . . seperti orang-orang pada umumnya, membawa keramahan tersendiri bagi siapa yang mengenal diriku. Terkesan tomboy, tapi paling asyik jika diajak bicara. Semenjak perkenala itu, kami semakin akrab dan semakin sering bertemu. Hingga pada akhirnya membawaku untuk menemaninya menghadiri sebuah acara pernikahan temannya. Aku yang biasa tampil dengan gaya ku sendiri kini ku hadir dengan balutan gaun putih dengan rambut yang sengaja ku tata beda dengan high heel senada dengan gaun yang ku kenakan. Mungkin yang biasa melihat aku bergaya tomboy, sekarang bisa menjadi cewek feminim yang benar-benar beda di malam acara tersebut. Tak dipungkiri juga, dia yang biasa melihat aku langsung gak percaya saja melihat aku yang sekarang ini.
Bang Andi :”Waw, , , , I like it’s. . .”
Mei :”hmmm. . . apa sihh. . . Jangan diliatin terus, Me jadi gak PeDe atuh” jawabku dengan muka malu.
Bang Andi :”Ngapain malu. . . beneran lo. . . I Like this. . . sumpah beda banget lo” jawabnya memujiku.
Mei :”Udah ach. . . jangan komen terus, , ,buruan kita pergi ntar kemalaman “, pintaku.
Bang Andi :”Ya udah yuk . . . tapi entar dulu, Bang pamitan dulu sama orang tua Me,”
Mei :”Silahkan bang, , , tuh mama ada kok di ruang tengah”
Dalam perjalananku menuju tempat dimana acara itu di gelar, banyak pembicaraan yang kami lontarkan. Tak khayal sebuah komentar perubahanku. Dari pertanyaan dan pertanyakan ku menjelaskan bagaimana diriku ini.
Mei :”Ya, , , seperti bang lihat sekarang ini, Me yang biasanya tampil apa adanya dengan gaya tomboynya Me, sebenarnya Me bisa tampil dengan gaya feminim seperti saat ini, Cuma Me kadang-ladang aja kayak gini, bisa di bilang jika ada iven-iven kayak gini neh, Me kadang menyesuaikan keadaan sekitar Me, bagaimana berpakaian saat bekerja, di rumah, kumpul dengan teman, atau pun pergi ke pesta,” kata ku menjelaskan panjang lebar dengan nya.
Bang Andi :”Tapi beneran. . .Bang jadi PeDe kalau seperi ini, beda banget lo Me malam ini, sungguh I Like it banget lo.”
Mei :”Ya makasih bang.”
Akhirnya tiba di tempat dimana kami tuju. Setiba di sana aku merasa nggak enak banget di lihati oleh para tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut. Aku sampai berpikir kalau ada yang salah dengan diriku hingga banyak yang melihat aku di malam itu. Tapi dia menyakinkan k kalau gak ada yang salah dengan diriku, itu karena aku tampil beda dengan lainnya. Mendengar ucapannya kepadaku, aku berusaha nyantai membawa suasana seperti itu. Dan sukses juga acara menemani dia.
Perkenalan yang singkat itu akhirnya menumbuhkan rasa di antara kami berdua. Tak bisa di tutupi lagi, cinta pun tumbuh diantara kami. Hari demi hari kami lalu, semakin lama semakin dekat. Walau kadang kami tidak sesering bertemu, percakapan lewat Handphone juga bisa mendekatkan kami jauh lebih dekat ketimbang terus bertemu muka.
Saling mengerti, saling mengingatkan, saling percaya kami patokan dalam hubungan kami. Keterbukaan satu sama yang lain juga kami lakukan dengan sikap dewas. Hingga keseriusan di antara kami ada.
Saat dia kerja, dan mengharuskan dia tak bisa bertemu denganku, ku menghargainya. Kami saling mengingatkan satu sama yang lain agar selalu dekat dengan Yang Maha Esa. Itu lah satu poin dimana aku bisa mencintainya, selain aku bisa deket dengan cintainya, aku juga bisa mendekatkan diri dengan Yang Maha Esa.
Tapi di perjalanan cintaku selalu tak semulus dengan hari-hariku yang ku lewati dengan senyum ceria dan semangat. Aku harus merasakan rasa sakit hati kembali dengan yang namanya Cinta. Pertemuan dan hubunganku tak secerah awan dan ibarat umur, hanya seumur jagung. Tanpa alasan yang pasti, ku harus melepaskan cintaku yang telah bersamaku untuk orang laen. Sungguh cinta yang katanya indah, kini bagai dongeng di saat malam tiba, dimana yang katanya indah tidak bisa aku rasakan. Kini diriku tidak bisa berbuat banyak tentang hal ini, ku harus bisa menjadi aku sebelum atau pun sesudah nya, aku adalah aku. Semogga Allah selalu menuntunku dan memberikan ku kesabaran dalam menjalani kehidupan aku ini.
By : Maya Winandra nova
e-mail :Mayawinandranova@yahoo.co.id
Langganan:
Postingan (Atom)