Cinta dan Dongeng
Cerpen oleh Maya Winandra nova
“Kringggg.....!!!”
“Assalamualaikum”. Pesan baru dari Handphone ku, tertulis salam dari pengguna nomor baru. Dan ku jawa “Waalaikumsalam....”.
“Ini maya ya....?”, balasan sms pun datang menjawab salamku.
Langsung ku balas “Iya. . .ini me, ne spa ya?”, pesan singkat ku lontarkan kembali kepada pemilik nomor baru dalam Handphoneku.
Panggilan masuk pun berdering lewat Handphone ku dengan nomor baru itu.
Ku jawab salamnya dan pembicaraan pun berlangsung dengan ku. Pemilik
nomor baru itu adalah seorang pria yang bernama Andi. Dia mendapatkan
nomor teleponku dari Abang angkat ku yang ku kenal baik selama ini.
Perkenalan baru yang bermula lewat Handphone membawa aku dan dia akrab.
Saling bercerita tentang kehidupan masing-masing, bercanda bersama meski
lewat Handphone.
Pertemuan pun kami rencanakan di rumahku yang sederhana. Di malam yang cerah dia datang bersama seorang teman yang menemaninya.
“Assalamualaikum. . . .?” terdengar dari luar pintu rumahku seseorang mengucap salam seraya mengetuk pintu rumahku.
“Waalaikumsalam. . .” jawabku sambil ku buka pintu rumahku.
Seraya tersenyum sopan, seorang pria berdiri di hadapanku sambil
bertanya kepadaku, “Benarkah ini rumahnya Me?” tanyanya singkat.
“Ya benar, , , Anda siapa dan ada perlu apa dengan saya?” ku jawab
pertanyaannya sambil ku lontarkan pertanyaan balik kepadanya.
“Saya Andi yang menelpon Kamu tadi” jawabnya singkat.
“Oh. . . Bang Andi itu ya. . .?? hmmm. . . . ayo silahkan masuk, kirain
siapa tadi.” Jawabku sambil menyuruh dia dan temannya masuk kedalam
rumah.
“Silahkan masuk dan silahkan duduk,” ku persilahkan lagi kepadanya.
“Iya. . . terima kasih,” seraya berjalan masuk dan duduk di kursi yang ada di ruang tamu rumah ku.
“Sebentar ya. . .!!” jawabku sambil ku tinggalkan mereka sejenak di
ruang tamu, ku bergegas pergi ke dapur dan membuatkan 2 gelas teh manis
panas dan ku persilahkan kepada mereka.
“Diminum tehnya, , , tapi masih panas sangat,” kataku basa-basi.
“Iya terima kasih, , , “ jawab mereka.
“Gimana. . . susah ya nyari alamat rumah Me?”, tanyaku membuka suasana yang hening.
“Iya. . . sempet juga nyasar tadi, soalnya belum pernah main-main ke daerah sini,” balasnya.
“Ya. . . begini lah keadaan rumah Me,”
“Hmmm. . . sunyi ya disini, kemana semua keluarga Me?” tanya nya kepadaku.
“hmmm.... kalau bapak sama mamak Me lagi di kamar lihat televisi, adik
Me yang pertama lagi keluar latihan main Band, kalau adik Me yang kedua
lagi lihat tv di ruang tengah, sedangkan kedua kakak Me udah berumah
tangga mereka udah tinggal di rumah mereka masing-masing,” jawabku
menjelaskan.
“Oo. . . kirain pada pergi, soalnya sunyi sih rumahnya.” Katanya balik.
Aku yang memang terkenal mudah bergaul dengan orang laen dengan mudah
bisa membawa suasana menjadi ramai dan tidak terasa canggung dalam
berbicara meskipun baru pertama kali bertemu. Pembicaran dan canda tawa
di ruang tamu membawa kami lupa bahwa kami baru bertemu, seakan udah
lama sangat berkenalan. Nah, , , itu lah sifat pribadi Me yang mudah
membaur dengan orang laen. Tak terasa waktu udah menunjukkan jam 11
malam. Dia dan temannya permisi buat pamit pulang.
“Berhubung sudah malam, kami pamit pulang dulu ya, laen waktu bolehkan kami main ke rumah Me lagi,? Tanyanya kepadaku .
“Boleh saja atuh bang, , ,” jawabku dengan gaya bicaraku yang terbilang unik, yang mencampurkan bahasa daerah laen.
“Ya udah kalo begitu, , , Assalamualaikum Meme?” kami pamit pulang, katanya kepadaku sambil bergegas pulang.
“Waalaikumsalam bang, , ,” jawabku.
Ku bersihkan ruang tamu ku yang tadi berantakan. Saat selesai ku
bersihkan lalu ku rebahkan tubuhku di tempat tidur. Tak lama Handphoneku
berdering. Sebuah panggilan masuk dari bang Andi. Ku perhatikan
sejenak, lalu ku angkat segera teleponku.
Mei :”Hallo Assalamualaikum Bang.....?” sapaku lewat Handphone.
Bang Andi :”Waalaikumsalam Meme. . .” balasnya.
Mei :”Ada apa bang, , ,? Apa ada yang tertinggal di rumah Me?” tanyaku
heran, karena baru saja mereka beranjak pamit pulang, kemudian
Handphoneku berdering.
Bang Andi :”hmm. . . nggak ada apa-apa kok, Cuma pengen ngobrol aja neh sambil makan...”
Mei :”Oo. . .kirain ada yang tertinggal di rumah Me, , eh rupanya. . .rupanya. . .”
Bang Andi :”Heeee. . . nggak apa kan Mei, Bang nelepon neh?”
Mei :”nggak apa atuh Bang. . .”
Bang Andi :”Ternyata bener ya. . . nggak dari Handphone maupun jumpa
langsung, Meme ananknya enak kalau di ajak ngomong gitu, mudah akrab
orangnya,”
Mei :”Heeee. . . begini lah Me, Bang, orangnya”
Pembicaraan yang bisa di bilang ya. . . seperti orang-orang pada
umumnya, membawa keramahan tersendiri bagi siapa yang mengenal diriku.
Terkesan tomboy, tapi paling asyik jika diajak bicara. Semenjak
perkenala itu, kami semakin akrab dan semakin sering bertemu. Hingga
pada akhirnya membawaku untuk menemaninya menghadiri sebuah acara
pernikahan temannya. Aku yang biasa tampil dengan gaya ku sendiri kini
ku hadir dengan balutan gaun putih dengan rambut yang sengaja ku tata
beda dengan high heel senada dengan gaun yang ku kenakan. Mungkin yang
biasa melihat aku bergaya tomboy, sekarang bisa menjadi cewek feminim
yang benar-benar beda di malam acara tersebut. Tak dipungkiri juga, dia
yang biasa melihat aku langsung gak percaya saja melihat aku yang
sekarang ini.
Bang Andi :”Waw, , , , I like it’s. . .”
Mei :”hmmm. . . apa sihh. . . Jangan diliatin terus, Me jadi gak PeDe atuh” jawabku dengan muka malu.
Bang Andi :”Ngapain malu. . . beneran lo. . . I Like this. . . sumpah beda banget lo” jawabnya memujiku.
Mei :”Udah ach. . . jangan komen terus, , ,buruan kita pergi ntar kemalaman “, pintaku.
Bang Andi :”Ya udah yuk . . . tapi entar dulu, Bang pamitan dulu sama orang tua Me,”
Mei :”Silahkan bang, , , tuh mama ada kok di ruang tengah”
Dalam perjalananku menuju tempat dimana acara itu di gelar, banyak
pembicaraan yang kami lontarkan. Tak khayal sebuah komentar perubahanku.
Dari pertanyaan dan pertanyakan ku menjelaskan bagaimana diriku ini.
Mei :”Ya, , , seperti bang lihat sekarang ini, Me yang biasanya tampil
apa adanya dengan gaya tomboynya Me, sebenarnya Me bisa tampil dengan
gaya feminim seperti saat ini, Cuma Me kadang-ladang aja kayak gini,
bisa di bilang jika ada iven-iven kayak gini neh, Me kadang menyesuaikan
keadaan sekitar Me, bagaimana berpakaian saat bekerja, di rumah, kumpul
dengan teman, atau pun pergi ke pesta,” kata ku menjelaskan panjang
lebar dengan nya.
Bang Andi :”Tapi beneran. . .Bang jadi PeDe kalau seperi ini, beda banget lo Me malam ini, sungguh I Like it banget lo.”
Mei :”Ya makasih bang.”
Akhirnya tiba di tempat dimana kami tuju. Setiba di sana aku merasa
nggak enak banget di lihati oleh para tamu undangan yang hadir dalam
acara tersebut. Aku sampai berpikir kalau ada yang salah dengan diriku
hingga banyak yang melihat aku di malam itu. Tapi dia menyakinkan k
kalau gak ada yang salah dengan diriku, itu karena aku tampil beda
dengan lainnya. Mendengar ucapannya kepadaku, aku berusaha nyantai
membawa suasana seperti itu. Dan sukses juga acara menemani dia.
Perkenalan yang singkat itu akhirnya menumbuhkan rasa di antara kami
berdua. Tak bisa di tutupi lagi, cinta pun tumbuh diantara kami. Hari
demi hari kami lalu, semakin lama semakin dekat. Walau kadang kami tidak
sesering bertemu, percakapan lewat Handphone juga bisa mendekatkan kami
jauh lebih dekat ketimbang terus bertemu muka.
Saling mengerti, saling mengingatkan, saling percaya kami patokan dalam
hubungan kami. Keterbukaan satu sama yang lain juga kami lakukan dengan
sikap dewas. Hingga keseriusan di antara kami ada.
Saat dia kerja, dan mengharuskan dia tak bisa bertemu denganku, ku
menghargainya. Kami saling mengingatkan satu sama yang lain agar selalu
dekat dengan Yang Maha Esa. Itu lah satu poin dimana aku bisa
mencintainya, selain aku bisa deket dengan cintainya, aku juga bisa
mendekatkan diri dengan Yang Maha Esa.
Tapi di perjalanan cintaku selalu tak semulus dengan hari-hariku yang ku
lewati dengan senyum ceria dan semangat. Aku harus merasakan rasa sakit
hati kembali dengan yang namanya Cinta. Pertemuan dan hubunganku tak
secerah awan dan ibarat umur, hanya seumur jagung. Tanpa alasan yang
pasti, ku harus melepaskan cintaku yang telah bersamaku untuk orang
laen. Sungguh cinta yang katanya indah, kini bagai dongeng di saat malam
tiba, dimana yang katanya indah tidak bisa aku rasakan. Kini diriku
tidak bisa berbuat banyak tentang hal ini, ku harus bisa menjadi aku
sebelum atau pun sesudah nya, aku adalah aku. Semogga Allah selalu
menuntunku dan memberikan ku kesabaran dalam menjalani kehidupan aku
ini.
By : Maya Winandra nova
e-mail :Mayawinandranova@yahoo.co.id
welcome
selamat datang para blogger
disini buat para sahabat blog bisa menuliskan kisah cintanya atau puisi buat di bagikan kepada kita smwa siapa tau bisa di ambil sisi yg baiknya thx :)
setiap orang pasti memiliki kisah cintana masing-masing.........
baik itu berakhir dengan air mata atau pun bahagia........
baik itu berakhir dengan air mata atau pun bahagia........
disini buat para sahabat blog bisa menuliskan kisah cintanya atau puisi buat di bagikan kepada kita smwa siapa tau bisa di ambil sisi yg baiknya thx :)
buat smwa sahabat-sahabat blogger yang punya cerita cinta dan puisi......
bisa di ceritakan lewat comment or pesan di fb q soalna klo lewat email jarang di buka hehehe buka fb q klik disini
buat di posting di blog q thx atas bantuannya :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
senandung Cinta
BalasHapusJiwa yang terkapar nada rindu mengusik kalbu
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Nada kasih mengalir menembus sukma
Menyentuh batin mengalirkan sayang
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Sungguh...betapa segala resah mendesah
Bimbang mengguncang dalam ketidak-abadian
Untuk siapa nada ini kan menyapa
Di relung jiwa bersemayam segala rasa
Terhempas risau, melayang hilang
Menjelajah hati menjawab tanya
Hadir membayang dalam bayang-bayang
Getar ujung jemari kabarkan kehadirannya
Nyata terasa getaran dijiwa.
Bening air mata, berkaca-kaca
Bak air telaga yang memantulkan gemerlap bintang
Sendu merayu ditengah heningnya malam
Bercengkrama bersama titik-titik embun
Membongkar dinginnya kabut rahasia
Hingga kebenaran, datang menjelang
Nada lahir dari ujung renungan
Mengalun bersama kesunyian
Menepis semua kebisingan
Mengalir diantara mimpi dan bayangan
Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada
Rindu memecah sepi, lantang bergemuruh menderu hati
Menabur mimpi, dalam hasrat menggebu di ujung rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku menemukanmu